Ya Allah… Kepadamu aku mengadukan kelemahan kekuatanku,
Serta kehinaanku dihadapan manusia.
Wahai Sebaik-baik pemberi kasih sayang,
Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku.
Kepada siapakah Engkau serahkan diriku,
Kepada orang yang jauh yang menggangguku,
Atau kepada musuh yang akan menguasai urusanku,
Asalkan Engkau tidak marah padaku maka tiadalah keberatan bagiku,
Akan tetapi kemurahan-Mu jauh lebih luas bagiku.
Aku berlindung dengan Cahaya Wajahmu yang akan menerangi seluruh kegelapan,
Dan yang akan memberikan kebaikan segala urusan dunia dan akhirat,
Untuk melepaskan aku dari Marah-Mu,
Atau menghilangkan Murka-Mu dariku.
Hanya pada-Mu aku merintih berharap mendapatkan Keridloan-Mu,
Dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu
Doa di atas adalah salah satu doa Rasulullah yang sangat terkenal.
Doa yang dikenal sebagai Doa Thaif ini beliau panjatkan di bawah sebuah pohon anggur di daerah Tha'if. Doa tersebut adalah rintihan hati beliau setelah beliau mendapat perlakuan yang menyakitkan dari warga Tha'if yang tidak hanya menolak dakwah beliau, tapi juga menganiaya beliau.
Diriwayatkan, dalam peristiwa ini beberapa bagian tubuh beliau bercucuran darah karena dilempari batu oleh penduduk Tha'if yang menolak dakwah beliau.(2)
Peristiwa Tha'if terjadi pada masa yang disebut sejarawan sebagai "Tahun Duka Cita" yaitu pada tahun 691 M. Saat itu, Rasulullah berumur 50 tahun. Disebut Tahun Duka Cita karena pada tahun itu nabi kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya dan mereka pun sangat mencintai beliau. Pada tahun itu, Nabi ditinggal Khadijah, istri yang sangat beliau kasihi. kematian Khadijah kemudian segera disusul oleh kematian paman beliau, Abu Thalib. Abu Thalib adalah salah satu kerabat Nabi yang selalu menjadi pelindung beliau dari ancaman Quraisy Mekkah.
Kematian Abu Thalib membuat kaum musyrik Quraisy makin berani menyerang Nabi. Jika sebelumnya serangan mereka hanya sebatas cercaan atau hinaan, kali ini mereka telah berani berbuat lebih jauh. Dalam satu kesempatan, seseorang melemparkan kotoran ke wajah dan seluruh kepala Nabi. Untuk menghindari serangan dari Quraisy Mekkah, kemudian beliau pergi ke Tha'if dengan maksud mencari perlindungan dari Bani Tsaqif. Akan tetapi, sambutan penduduk Tha'if tidak lebih baik dari penduduk Mekkah.
Tahun Duka Cita atau peristiwa Tha'if khususnya, buat kita, adalah episode paling memilukan dalam sejarah hidup Rasulullah. Tapi, dari episode inilah kita jadi mengetahui kebesaran jiwa Rasulullah. Tidak ada kekecewaan atau kutukan apalagi kemurkaan yang keluar dari lisan beliau di saat beliau mendapat siksaan dan cemoohan dari banyak orang. Peristiwa itu juga menunjukkan bahwa sekuat-kuatnya pelindung selain Allah adalah lemah dan sementara.
Diceritakan, ketika Rasulullah pulang dengan wajah dan kepala berlumur kotoran, salah seorang putrinya membasuh dan membersihkannya sambil menangis. "Jangan menangis putriku," kata beliau, "Allah akan melindungi ayahmu."
Subhanallah...
----------
Referensi:
(1) Martin Lings, Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Serambi, Cetakan pertama, April 2007.
(2) Abdul Wahab Hamudah, Saat-saat Kritis dalam Kehidupan Rasulullah, Pustaka Firdaus, Cetakan keempat, Januari 1991
--------
Faidah
Inilah akhlak orang yg paling mulia, yg diri kita mengaku sebagai pengikutnya. Tetapi sikap kita jika mendapat kesulitan sedikit saja, mk kita akan mencaci mereka, bahkan akan membalas dendam terhadap mrk. Kezhaliman dibalas dgn kezhaliman. Inilah yg selalu kita lakukan dan sdh menjadi kebiasaan kita skrg. Sdgkan kita masih selalu mengaku sbg pengikut Nabi Muhammad SAW. Seharusnya dengan pengakuan tsb tingkah laku kita jg harus selalu mengikuti beliau. Rasulullah SAW sendiri jika mendapatkan kesulitan dan penderitaan yg pedih dari org lain tdk pernah membalas keburukan tersebut dgn doa keburukan bg mereka, dan tdk pernah berkeinginan membalas dendam kpd mereka.