Mungkin dulur-dulur di lembur dan baraya anu dikota khususnya yang tinggal di Manonjaya Tasikmalaya masih belum ada yang tahu tentang sejarah atau asal-usul nama Manonjaya. Dalam kesempatan ini saya sengaja memposting ini agar bisa diketahuinya. Nama Manonjaya berasal dari kata cai panon (air mata), yang dalam arti keseluruhannya adalah airmata yang membawa kejayaan. Nama ini diambil ketika masa kebupatian yang kedelapan.
Patih Raden Arya Danuningrat
Siapakah Patih Raden Arya Danungrat ? Patih Raden Arya Danuningrat ini adalah adik dari Raden Anggadipa II atau Raden Tumenggung Wiradadaha VIII (Bupati Sukapura ke 8).
Pesan Patih Raden Arya Danuningrat :
Wahai anakku,
Kamu janganlah berputus asa dalam menghadapi segala cobaan maka bersabarlah dan tawakallah yakinlah segala apa yang kau cintai akan pergi meninggalkanmu,segala pertemuan maka akan ada perpisahan dan segala yang kau cintai akan terputus Insya Allah kelak akan tertaut kembali dalam pertemuan.Jika Allah menghendaki engkau jadi pemimpin dikemudian hari, maka jadilah pemimpin yang baik.Perhatikanlah nasib rakyatmu niscaya engkau akan dicintai oleh segenap rakyatmu bahkan rakyat akan mendukungmu.Selanjutnya aku titip nenek dan ibumu, berbaktilah kepada mereka, sebab jika tidak ada nenek maka tidak ada aku, jika tidak ada ibu maka tidak ada kamu. Baik kamu ataupun aku ayahmu, jika tidak ada mereka maka kita tidak akan pernah dilahirkan ke mayapada ini. Maka sudah menjadi kewajibanmu untuk menghormati nenek dan berbakti pada ibumu.
(Pesan ini ketika akan menjalani hukuman dibuang ke Sumedang dan disampaikan di hadapan seluruh sanak saudara Sukapura yang tinggal di Limbangan termasuk didepan anaknya yang bernama Raden Wiradimanggala dan adiknya yang wanita Nyi Raden Ganda Kusumah juga Ibunya (Nyi Raden Larang). Mereka berkumpul dengan penuh duka begitupun Ibundanya menangisi nasib anaknya yg akan menjalani hukuman yang belum tahu berapa lama masa pembuangan itu.
Bahkan Adiknya pun begitu mendengarkan petuahnya sambil menangis tersedu-sedu dan tidak mau berpisah dengan kakaknya hingga akhirnya pingsan dalam derita. Bahkan bgitu sadar dari pingsannya, adiknyapun kembali menangis sambil memanggil kakaknya seperti orang ditinggal mati. Air mata Nyi Raden Ganda Kusumah terus mengalir di pelupuk matanya mengiring kepergian kakak yg dicintai menuju pembuangan ke Sumedang. Konon sejarah nama Manonjaya berasal dari Air Mata nya Nyi Raden Ganda Kusumah.
Yang menjalani hukuman tersebut selain Raden Arya Danuningrat adalah :
- Raden Muhammad Salim yg menjabat Penghulu di Limbangan,
- Raden Brajanegara,
- Raden Kertiwardana,
- Raden Bangsayudha yg menjadi Wadana Batuwangi,
- Wadana Karang,
- Wadana Sela Sewu,
- Wadana Kandangwesi,
- Wadana Panyeredan Taraju dan
- Wadana Cuci.
Seluruhnya ada 9 (sembilan) orang ningrat yang menjabat wadana. Mereka itu di tahan karena dianggap oleh Residen Cianjur Holenberke, akan berbuat makar terhadap pemerintah Belanda. Padahal sesungguhnya mereka itu membuat surat protes terhadap Belanda yang tidak mau wilayah Sukapura yg dirampas serta diobok-obok atau dipecah menjadi enam bagian itu supaya dikembalikan kepada yang berhak yaitu Raden Jayamanggala yang bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII.
Asal Kata Manonjaya dan Pemindahan Pemerintahan Kabupatian
Namun Raden Anggadipa sebagai Bupati ke VIII beserta Patih Raden Arya Danuningrat tidak kembali ke Sukapura, mereka menetap untuk sementara waktu di salah satu kewadanaan sambil berfikir untuk mencari tempat yang tepat guna membangun Sukapura yang baru.
Mereka menemukan tempat yang akan dijadikan pusat pemerintahan yang baru yaitu di Desa Arjawinangun dengan pelataran menghadap timur dan utara, maka dibukalah hutan Arjawinangun untuk dibangun istana kebupatian.
Setelah babat alas Arjawinangun selesai maka dibangunlah istana kebupatian Sukapura. Tidak dicertakan berapa lama mereka membangun istana kebupatian, maka selesailah Kebupatian Sukapura yang pusat pemerintahannya berada di Arjawinangun, sesuai dengan hutan yang baru dibuka itu maka kebupatian yang akan diberi nama Arjawinangun. Namun oleh Patih Raden Arya Danuningrat tidak disetujui dan Raden Anggadipa yg menjabat sbg Bupati VIII menyerahkan sepenuhnya kepada adiknya yang menjabat Patih itu untuk memberi nama kebupatian.
Raden Arya Danuningrat teringat akan adiknya yang menangis tiada hentinya ketika beliau hendak menjalani masa pembuangan ke Sumedang sehingga air mata Nyi Raden Ganda Kusumah selalu terbayang di pelupuk matanya. (lihat pesan Patih Raden Arya Danuningrat)
Karena teringat pada air mata adiknya maka ia memberi nama kabupatian itu dengan nama Manonjaya yang berasal dari kata cai panon (air mata) yang dalam arti keseluruhannya adalah air mata yang membawa kejayaan.
Demikianlah Istana Kabupatian itu resmi menggunakan nama Manonjaya pada tahun 1829. Pusat Pemerintahan pun beralih dari Sukapura (Sekarang Sukaraja) menuju Manonjaya dan Raden Anggadipa atau Raden Tumenggung Wiradadaha VIII tetap menjabat sebagai Bupati dengan dibantu oleh adiknya yang bernama Raden Arya Danuningrat sebagai Patihnya.
Sumber : Bupati Tasikmalaya Dari Masa Ke Masa, Afrudin Achmad, 2001 hal. 31-32
#Postingan ini saya share kan juga di Group FB TASIKMALAYA TEMPO DOELOE