Sepanjang hidup kita, pasti ada orang-orang di sekitar kita yang kita harapkan untuk berubah. Namun, tidak jarang orang tersebut tidak kunjung berubah dan malah kita yang menjadi frustrasi. Pernah mengalaminya?
Saya tertarik dengan sebuah kisah yang ditulis di dalam sebuah buku yang saya baca. Kisah ini menceritakan bagaimana seorang pangeran yang gila dapat diubahkan dan disembuhkan dari kegilaannya. Berikut adalah kisahnya.
Seorang pangeran pernah menjadi gila dan berpikir dia adalah seekor kalkun. Dia terdorong untuk duduk telanjang di bawah meja, mematuki tulang-belulang dan remahan roti seperti seekor kalkun. Para tabib istana sudah angkat tangan untuk dapat menyembuhkan dia dari penyakit gila ini, dan sang raja menjadi sangat sedih.
Seorang bijak datang dan berkata, “Aku akan berusaha menyembuhkannya.”
Lalu, orang bijak itu melepas pakaiannya dan duduk telanjang di bawah meja di dekat sang pangeran, mematuki remah-remah dan tulang-belulang.
“Siapa kamu?” tanya pangeran. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
“Aku adalah seekor kalkun,” kata pangeran.
“Aku juga seekor kalkun,” kata orang bijak.
Mereka duduk bersama seperti itu selama beberapa saat, dan akhirnya mereka menjadi teman baik. Suatu hari, orang bijak itu memberi isyarat kepada pelayan raja untuk melemparkan bajunya. Dia berkata kepada pangeran, “Apa yang membuatmu berpikir kalkun tidak bisa memakai baju? Kamu bisa memakai baju dan tetap menjadi seekor kalkun.” Dengan begitu, keduanya memakai baju mereka.
Setelah beberapa saat, orang bijak itu memberi isyarat lagi kepada pelayan, dan mereka melemparkan celana panjang. Lalu, dia berkata kepada pangeran, “Apa yang membuatmu berpikir kamu tidak bisa menjadi seekor kalkun jika kamu memakai celana panjang?”
Orang bijak melanjutkan cara ini sampai keduanya berpakaian lengkap.
Segera dia memberi isyarat lagi, lalu dia dan pangeran diberi makanan seperti biasa di atas meja. Lalu, orang bijak berkata, “Apa yang membuatmu berpikir kamu akan berhenti menjadi kalkun jika kamu makan makanan enak? Kamu bisa makan apa pun yang kauinginkan dan tetap menjadi seekor kalkun!” Mereka berdua lalu memakan hidangan yang disajikan.
Akhirnya, orang bijak berkata, “Apa yang membuatmu berpikir seekor kalkun harus duduk di bawah meja? Kalkun sekalipun bisa duduk di depan meja, dan seekor kalkun dapat juga berjalan ke mana saja dan tidak akan ada yang merasa keberatan.”
Pangeran merenungkan perkataan itu dan menerima pendapat orang bijak itu. Ketika dia beranjak berdiri dan berjalan seperti seorang manusia, dia juga mulai bertingkah laku layaknya manusia.
Sumber: Diceritakan kembali oleh David J. Liebarman, Ph.D. dalam bukunya “Agar Siapa Saja Mau Berubah untuk Anda”
Ada beberapa pelajaran yang saya ambil dari kisah tersebut. Saya belajar bahwa untuk membantu orang lain agar dapat berubah, kita dapat mengaplikasikan hal-hal berikut.
1. Mengubah satu per satu dan tidak sekaligus, seperti orang bijak tersebut yang melakukannya tahap-demi-tahap (baju, celana panjang, makan secara normal, duduk secara normal, dll) dan mengarah pada satu tujuan, yaitu membantu pangeran untuk sembuh dari kegilaannya.
2. Urutkanlah tahap-tahap tersebut dari yang paling mudah hingga yang paling sulit dilakukan. Lakukanlah hal-hal yang mudah lebih dahulu untuk dilakukan, meskipun ada hal lain yang lebih penting tetapi lebih sulit. Orang bijak mengajak pangeran untuk memakai baju dahulu sebelum memakai celana, karena memakai baju lebih mudah daripada memakai celana, meskipun memakai celana lebih penting daripada memakai baju.
3. Untuk setiap tahapnya, fokuskan pada tahap itu saja dan jangan menuntut lebih. Ketika orang bijak mengajak pangeran untuk memakai baju, dia tidak langsung menuntut si pangeran harus memakai celana juga.
4. Seperti orang bijak yang mau menjadi sahabat pangeran, kita juga harus menjadi sahabat dari mereka yang kita rindukan untuk berubah, dan bukan malah menjauhinya. Setelah orang bijak membuat dirinya tidak bisa dibedakan dari “si kalkun”, dia tidak berusaha menyembuhkannya. Dia hanya menghabiskan waktu bersamanya. Unsur penting penyembuhan adalah cinta tak bersyarat atau, lebih tepatnya, penerimaan sungguh-sungguh. Itu berarti, “Aku mencintaimu tanpa syarat dan/atau menghargai dirimu apa adanya. Bahkan, jika kamu tidak pernah berubah, tidak apa-apa.” Hubungan apa pun yang didasari kebutuhan untuk mengubah salah seorang di antaranya tidak akan berhasil.
Namun, lebih dari semua itu, hanya Tuhanlah yang dapat mengubah seseorang. Kita tidaklah lebih daripada alat yang digunakan Tuhan untuk dapat mengubah sesama kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Terakhir, saya mau menutup tulisan ini dengan sebuah quote dari Jim Rohn berikut.
"Jangan berharap sesuatu yang lebih baik, berharaplah Anda yang lebih baik" (Jim Rohn)
Info ini saya dapat dari :
Saya tertarik dengan sebuah kisah yang ditulis di dalam sebuah buku yang saya baca. Kisah ini menceritakan bagaimana seorang pangeran yang gila dapat diubahkan dan disembuhkan dari kegilaannya. Berikut adalah kisahnya.
Seorang pangeran pernah menjadi gila dan berpikir dia adalah seekor kalkun. Dia terdorong untuk duduk telanjang di bawah meja, mematuki tulang-belulang dan remahan roti seperti seekor kalkun. Para tabib istana sudah angkat tangan untuk dapat menyembuhkan dia dari penyakit gila ini, dan sang raja menjadi sangat sedih.
Seorang bijak datang dan berkata, “Aku akan berusaha menyembuhkannya.”
Lalu, orang bijak itu melepas pakaiannya dan duduk telanjang di bawah meja di dekat sang pangeran, mematuki remah-remah dan tulang-belulang.
“Siapa kamu?” tanya pangeran. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
“Aku adalah seekor kalkun,” kata pangeran.
“Aku juga seekor kalkun,” kata orang bijak.
Mereka duduk bersama seperti itu selama beberapa saat, dan akhirnya mereka menjadi teman baik. Suatu hari, orang bijak itu memberi isyarat kepada pelayan raja untuk melemparkan bajunya. Dia berkata kepada pangeran, “Apa yang membuatmu berpikir kalkun tidak bisa memakai baju? Kamu bisa memakai baju dan tetap menjadi seekor kalkun.” Dengan begitu, keduanya memakai baju mereka.
Setelah beberapa saat, orang bijak itu memberi isyarat lagi kepada pelayan, dan mereka melemparkan celana panjang. Lalu, dia berkata kepada pangeran, “Apa yang membuatmu berpikir kamu tidak bisa menjadi seekor kalkun jika kamu memakai celana panjang?”
Orang bijak melanjutkan cara ini sampai keduanya berpakaian lengkap.
Segera dia memberi isyarat lagi, lalu dia dan pangeran diberi makanan seperti biasa di atas meja. Lalu, orang bijak berkata, “Apa yang membuatmu berpikir kamu akan berhenti menjadi kalkun jika kamu makan makanan enak? Kamu bisa makan apa pun yang kauinginkan dan tetap menjadi seekor kalkun!” Mereka berdua lalu memakan hidangan yang disajikan.
Akhirnya, orang bijak berkata, “Apa yang membuatmu berpikir seekor kalkun harus duduk di bawah meja? Kalkun sekalipun bisa duduk di depan meja, dan seekor kalkun dapat juga berjalan ke mana saja dan tidak akan ada yang merasa keberatan.”
Pangeran merenungkan perkataan itu dan menerima pendapat orang bijak itu. Ketika dia beranjak berdiri dan berjalan seperti seorang manusia, dia juga mulai bertingkah laku layaknya manusia.
Sumber: Diceritakan kembali oleh David J. Liebarman, Ph.D. dalam bukunya “Agar Siapa Saja Mau Berubah untuk Anda”
Ada beberapa pelajaran yang saya ambil dari kisah tersebut. Saya belajar bahwa untuk membantu orang lain agar dapat berubah, kita dapat mengaplikasikan hal-hal berikut.
1. Mengubah satu per satu dan tidak sekaligus, seperti orang bijak tersebut yang melakukannya tahap-demi-tahap (baju, celana panjang, makan secara normal, duduk secara normal, dll) dan mengarah pada satu tujuan, yaitu membantu pangeran untuk sembuh dari kegilaannya.
2. Urutkanlah tahap-tahap tersebut dari yang paling mudah hingga yang paling sulit dilakukan. Lakukanlah hal-hal yang mudah lebih dahulu untuk dilakukan, meskipun ada hal lain yang lebih penting tetapi lebih sulit. Orang bijak mengajak pangeran untuk memakai baju dahulu sebelum memakai celana, karena memakai baju lebih mudah daripada memakai celana, meskipun memakai celana lebih penting daripada memakai baju.
3. Untuk setiap tahapnya, fokuskan pada tahap itu saja dan jangan menuntut lebih. Ketika orang bijak mengajak pangeran untuk memakai baju, dia tidak langsung menuntut si pangeran harus memakai celana juga.
4. Seperti orang bijak yang mau menjadi sahabat pangeran, kita juga harus menjadi sahabat dari mereka yang kita rindukan untuk berubah, dan bukan malah menjauhinya. Setelah orang bijak membuat dirinya tidak bisa dibedakan dari “si kalkun”, dia tidak berusaha menyembuhkannya. Dia hanya menghabiskan waktu bersamanya. Unsur penting penyembuhan adalah cinta tak bersyarat atau, lebih tepatnya, penerimaan sungguh-sungguh. Itu berarti, “Aku mencintaimu tanpa syarat dan/atau menghargai dirimu apa adanya. Bahkan, jika kamu tidak pernah berubah, tidak apa-apa.” Hubungan apa pun yang didasari kebutuhan untuk mengubah salah seorang di antaranya tidak akan berhasil.
Namun, lebih dari semua itu, hanya Tuhanlah yang dapat mengubah seseorang. Kita tidaklah lebih daripada alat yang digunakan Tuhan untuk dapat mengubah sesama kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Terakhir, saya mau menutup tulisan ini dengan sebuah quote dari Jim Rohn berikut.
"Jangan berharap sesuatu yang lebih baik, berharaplah Anda yang lebih baik" (Jim Rohn)
Info ini saya dapat dari :