Monday, January 25, 2010

Uraian Singkat Hari Jadi Tasikmalaya ke-898 (21 Agustus 1111 – 21 Agustus 2009)

1. PENDAHULUAN

JAGAT DARANAN DI SANG RAMA
JAGAT KRETA DI SANG RESI
JAGAT PALANGKA DI SANG RATU PRABU


Uraian kata tersebut adalah merupakan amanat dari Galunggung yang berarti :


Sumber kehidupan adalah pada orang tua
Sumber ketentraman adalah pada agama
Sumber ketertiban adalah pada pemerintah.

Trio Rama, Resi, Ratu itu adalah sumber kesejahteraan hidup mengarungi dunia ini. Jika ketiga hal tersebut di atas kacau, maka kacaulah umat di dunia ini.

Juga para penerus kita pun akan mengalami kekacauan/ kegoncangan

Masa lampau adalah kenangan, tidak berarti mengenang masa lampau kita akan kembali ke masa lampau. Semua kenangan indah itu hanyalah merupakan hiasan indah pada jamannya.
Kebaikan dan keburukan masa lampau dapat diambil hikmat manfaatnya untuk dijadikan cermin dan pedoman masa kini dan merupakan hanca garapan yang harus kita kerjakan sebagai penerusnya.

Masa kini adalah perjuangan. Perjuangan yang akan menentukan bentuk dan wujud kita sekarang. Perjuangan untuk membuat sejarah yang akan dikenang oleh anak cucu kita di masa mendatang.

Pada Peringatan Hari Jadi ini marilah kita berhenti sejenak untuk merenungi, introspeksi diri dan evaluasi, apa yang telah kita baktikan mengisi hakekat kita sebagai manusia, apa yang telah kita baktikan sebagai anggota masyarakat, sebagai insan beragama dalam menunjang kehidupan manusia di dunia ini khususya di Kabupaten Tasikmalaya.


2. LANDASAN SERTA MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN HARI JADI.

Sebagai landasan dalam penetapan Hari Jadi Tasikmalaya, diambil dari adanya tumbuhnya wujud kehidupan organisasi masyarakat atau pemerintahan yang berpadu dengan daerah sejarahnya. Kita sebut, Hari Jadi Tasikmalaya. Kita tidak rnenyebut Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya atau Hari Jadi Kota Tasikmalaya. Ini didasarkan batasan atau pengertian bahwa Hari Jadi Tasikmalaya tidaklah terbatas akan kedudukan Tasikmalaya sebagai Kabupaten, tetapi didasarkan bahwa telah terjadi adanya suatu ketertiban masyarakat dari masa ke masa.

Nama Tasikmalaya tidaklah akan berarti, jika tidak merupakan kelanjutan kehidupan organisasi masyarakat yang teratur dari adanya kehadiran kegiatan manusia manusia yang berdiam di suatu daerah yang kini disebut Tasikmalaya.

Nama Tasikmalaya tidaklah akan berarti jika tidak merupakan nama pengikat Wilayah Pemerintahan. Nama Tasikmalaya kini adalah nama penerus dari telah adanya organisasi kemasyarakatan atau Pemerintahan. Tasikmalaya merupakan kelanjutan dari Sukapura. Sukapura merupakan kelanjutan dari Sukakerta, dan Sukakerta merupakan kelanjutan dari pemerintahan yang dulu berpusat di Galunggung.

Mencari dan menetapkan Hari Jadi tidaklah hanya mencari menentukan tanggal saja, tetapi dikandung maksud dan tujuan ialah agar warganya tergugah kesadaran dirinya dan sebagai warga daerah.

Sebab dari kesadaran diri ini diharapkan kemudian akan menumbuhkan keyakinan dan kemampuan, harga diri yang akan bermanfaat menunjang pembangunan raksasa Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.

Pembangunan adalah proses sejarah ke arah kehidupan yang lebih baik. Untuk itu diperlukan sumber Ketahanan Nasional dari setiap warganya.
Tanpa pengertian dan kesadaran harga diri dan nilai daerahnya, keyakinan untuk membangun dan mengadakan pembaharuan kehidupan akan sukar dibangkitkan.


3. MOMENT SEJARAH SEJARAH YANG DIJADIKAN PILIHAN.

Team Peneliti Hari Jadi Tasikmalaya, menemukan enam moment sejarah untuk dijadikan pangkal tolak menentukan Hari Jadi. Dalam enam moment itu mengandung unsur unsur pembaharuan, kedinamisan. kreativitas, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berpemerintahan sendiri dan kedaulatan atas wilayahnya.

Sudah barang tentu kadar dari tiap tiap moment itu tidak sama, tetapi kesemuanya menunjukkan sejarah perjuangan dan perkembangan sejarah Tasikmalaya.

Keenam moment sejarah itu adalah:
  1. Galunggung menurut Prasasti Gegerhanjuang.
  2. Periode Pemerintahan di Sukakerta.
  3. Berdirinya Sukapura dan perkembangannya.
  4. Perpindahan Ibukota Kabupaten Sukapura ke Manonjaya (1834).
  5. Perpindahan Ibukota Kabupaten Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya (1 Oktober 1901) yang kemudian diikuti perubahan nama Kabupaten Sukapura menjadi Kabupaten Tasikmalaya (1 Januari 1913).
  6. Tasikmalaya dalam lingkungan Negara Repubilk Indonesia (UU No. 1/1945 tanggal 23 Nopember 1945 dan UU No. 22/1948 tanggal 10 Juli 1948 dan UU No. 11/1950 tanggal 8 Agustus 1950).
Ditinjau dari segi sejarah, tanggal yang dipilih sebagai Hari Jadi penentuannya lebih bersifat hukum dari pada sejarahnya. Legalitasnya ditentukan dalam Sidang DPRD. Peristiwa yang dijadikan landasan itu harus memiliki kandungan ideal, terutama dari kesatuan cita cita dalam pembangunan daerah.

Dalam hal ini nilai sejarah yang diharapkan ialah “Nilai inspirasinya” untuk lebih maju dan “Nilai edukatifnya" untuk selalu belajar dari pengalaman manusia.

Sejarah adalah menara pengalaman manusia yang dengan sendirinya merupakan guru yang baik bagi mereka yang, mau belajar.

Itu, sebabnya DPRD Kabupaten Tasikmalaya pada Sidangnya tanggal 31 Juli dan tanggal 1 Agustus 1975 mengesahkan dan menetapkan Hari Jadi Tasikmalaya jatuh dan dipilih tanggal 21 Agustus 1111, ialah moment pertama dari urutan moment ¬moment tersebut.
Dengan memilih moment pertama maka moment moment yang lainnya akan terpelihara dan sejarah terpelihara juga.

Moment Pertama ialah :

PEMERINTAHAN DI GALUNGGUNG MENURUT PRASASTI GEGERHANJUANG.

Prasasti Gegerhanjuang rnerupakan prasasti ke 10 yang ditemukan di Jawa Barat. Ia ditemukan oleh K.F. Holle kira¬ kira pada tahun 1877, kemudian dibawa dan disimpan oleh Dr. Krom pada tahun 1914.


Kini masih, terpelihara dan disimpan di Musium Pusat Jakarta dengan nomor inventaris D.26. Pembacaan yang pertama dilakukan oleh K.F.Holle dan hasil bacaannya ditulis dengan judul : Beselliereven steen uit Afdeeling Tasikmalaya Residenties Preanger, TBG 24, 1877 halaman 586.

Kemudian koreksi C.M. Pleyte pada tulisannya "Het Jeartal op den Batoe Toelis Nabij Buitenzorg" TBG. 53, 1911. Dan akhirnya koreksi Drs.Saleh Danasasmita dan Drs. Atja yang untuk kedua kalinya, hasil bacaannya menjadi:

1. tra ba 1 gunna apuy nas
2. ta gomati sakakala ru mata¬-
3. k disusu (k) ku batari hyang pun.


- Tra ba i gunna apuy nasta gomati sakakala, artinya tanggal 13 bulan Badrapada tahun 1003 Saka.

- Ru matak disusu (k) ku batari Hyang pun, artinya Rumatak (maksudnya Rumatak) nama sebuah tempat di Galunggung disusuk oleh Batari Hyang.

Tanggal 13 Badrarada Saka, setelah dihitung sama dengan 21Agustus 1111, yang dimaksud Rumatak ialah nama sebuah tempat di Desa Linggawangi dan selain itu ada tempat yang diberi nama Saung Gede yang dalam sejarah disebut Saung Galah artinya Keraton. letaknya tidak jauh dari Kabuyutan Sanghyang Linggawangi sebuah kebuyutan yang dianggap sakral pada jamannya

Pengertian “Nyusuk” Peristiwa "Nyusuk” terdapat dalam berita dari tiga Prasasti, ialah :

Pertama, dari Batu Tulis Astana Gede Kawali disebut Prabu Wastu Kencana marigi sakuriling dayeuh.
Kedua, dari Batu Tulis Bogor. disebut Sri Baduga Maharaja nyusuk na Pakuan.
Ketiga ialah Prasasti Geger Hanjuang ini.

Kata nyusuk menurut Pustaka Nagara Kertabumi diartikan amegahing, artinya : membuat parit pertahanan di sekeliling pusat kerajaan.

Memang betul, bahwa di sekitar itu masih terdapat nama kampung Parigi dan kampung Candi.

Pengertiannya ialah, bahwa pada tanggal 13 Badrapada itu Batari Hyang mengerjakan membuat parit pertahanan keraton di Ibukota Kerajaan Galunggung yang disebut Rumatak, artinya suatu pendirian Kerajaan perubahan dari Kebataraan yang tadinya secara turun temurun berkedudukan sebagai Batara Dangiang Guru Galunggung.

Ia disebut Batari Hyang, karena dirinya seorang wanita. Ia cukup unik karena sampai saat ini, di Jawa Barat ialah satu¬-satunya diabadikan dalam prasasti. Lebih unik lagi, sebab diantara raja raja di Jawa Barat yang diberitakan pernah memperkokoh pertahanan Ibukotanya dengan parit, dia pulalah satu-satunya tokoh wanita. Tindakan nyusuk ini tentu diambilnya segera setelah mewarisi tahta Galunggung.

Inilah koreksi tentang Batara Hyang yang pada naskah Hari Jadi Tasikmalaya disebut sebagai Batari yang melantik Sang Lumahing Taman menjadi Prabu di Galunggung.

Hal ini koreksi, karena tahunnya menurut Negara Kertabumi tidak cocok. Sang Lumahing Taman atau yang bergelar Ratu Saung Galah Prabu Ragasuci. memerintah pada tahun 1219 – 1225 Saka atau 1297-1303 Masehi.

Berita mengenai Galunggung, dimulai dari berita kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh mulai ada berita tahun, ketika diperintah oleh :
1. Resi Guru 448 490 S = 526 567 M
2. Rajaputra Suralimansakti 448 519 S = 568 597 M
3. Kandihawan Rajaresi Dewarja 519 534 S = 597 612 M
4. Wrtikandayun Prabu Galuh atau disebut juga Rahyang Ri Menir 534 624 S = 6 12 702 M

Dari Wrtikandayun Prabu Galuh atau Rahyang Ri Menir inilah dberitakan Galunggung dan Denuh. Rahyang Ri Menir ini diberitakan mempunyai tiga orang putera.

Yang sulung karena cacat tanggal giginya, ia disindir dengan sebutan Batara Sempakwaja, ditempatkan menjadi Batara Dangiang Guru di Galunggung, yang kedua, juga cacat menderita hernia, ditempatkan di Denuh dengan sebutkan Rahyang Kedul.

Yang ketiga ialah Rahyang Mandiminyak yang mewarisi tahta Kerajaan Galuh dan menjadi Raja Galuh.

Rahyang Sempakwaja yang kemudian bertugas menjadi Dangiang Guru di Galunggung mempunyai kekuasaan dalam mengabiseka raja. Raja baru sah jika telah disetujui Galunggung.

Disamping itu ia diberi daerah penunjang (apanage) sebanyak 12 daerah. Galunggung pada waktu itu disebut : “TARAJU JAWADWIPA, TARAJU MAINYA GALUNGGUNG, JAWA MA TI WETAN.” (Pengukuh Pulau jawa itu ialah Galunggung. Jawa ada disebelah timurnya).

Urutan urutan Batara yang memerintah kebataraan di Galunggung dimulai dari Batara Wastuhayu dan kemudian Batara Hyang yang mengalami perubahan bentuk kebataraan menjadi kerajaan tahun 1111 bersamaan Raja Sunda di Pakuan yang dijabat pada waktu itu oleh Sang Lumahing Kreta ( 987- 1077 S = 1065 1155 M ).

Urutan urutan raja memerintah di Galunggung ialah :

Batari Hyang (1111 1163),
Rakean Darmasiksa (1163 1175 M) selama 12 tahun Raja di Galunggung kemudian diangkat Prabu Susuhunan Pakuan (1175 1297) dengan gelar Rakean Darmasiksa Sang Paramarta Mahapurusa Prabu Sanghyang Wisnu.

Kemudian Ratu Saung Galah Prabu Ragasuci Sang Lumahing Taman selama 6 tahun Keprabuan Pakuan dijabat rangkap dan pusat dipindahkan di Galunggung. Raja daerah Galunggung setelah Sang Lumahing Taman ialah : Ratu Galung Sakti, Sembah Golok Ratu Panyosogan Sang Lumahing Gunung Raja dan Sri Gading.
Galunggung barak diperkirakan pada tahun 1520 an keatas yang diberitakan bahwa Saung Agung pernah diserang Prabu Surawisesa, ketika raja raja daerah mulai kena pengaruh Islam dan mulai ada yang melepaskan diri dengan Pakuan Pajajaran.

Dengan keterangan tersebut di atas maka pada tanggal 21 Agustus 1111 tercatat adanya Pusat Organisasi ketertiban masyarakat dalam bentuk Pemerintahan Galunggung.


4. SILSILAH PARA BUPATI KEPALA DAERAH YANG MEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TASIKMALAYA

A. JAMAN KEBATARAAN DANGIANG GURU GALUNGGUNG.
  1. Batara Sempakwaja awal abad ke 8
  2. Batara Kuncung Putih s/d
  3. Batara Kawindu s/d
  4. Batara Wastuhayu awal abad ke 12
  5. Batari Hyang (sebagian waktu)

B. JAMAN KERAJAAN.

B. 1. Kerajaan di Galunggung.
  1. Batari Hyang 1111 - 1163
  2. Rakean Dermasiksa 1163 - 1175
  3. Ratu Saung Galah Prabu Ragasuci Sang Lumahing Tama 1175 - 1181
  4. Ratu Galung Sakti
  5. Ratu Sembah Golok
  6. Ratu Panyosogan
  7. Sang Lumahing Gunung Raja
B. 2. Kerajaan di Sukakerta abad ke 15 s/d abad 16
  1. Sri Gading Anteg
  2. Susuhunan Sukakerta atau Dalem Baratajayuda
  3. Lembujaya atau Dalem Himba
  4. Dalem Santawoan
  5. Entol Wiraha
  6. Wirawangsa (sebelum menjadi Bupati Sukapura pertama)

C. JAMAN KEBUPATIAN

C. 1. Sukapura di Sukaraja.
  1. Ki Ngabehi Wirawangsa, Wiradadaha I 1641 1674
  2. Jaya Manggala / Wiradadaha II 1674
  3. Anggadipa/ Wiradadaha III 1674 1723
  4. Subamanggala/Wiradadaha IV 1723 1745
  5. Sacapati/Wiradadaha V 1745 1747
  6. Jaya Anggadireja/Wiradadaha VI 1747 1765
  7. Jayamanggala II/Wiradadaha VII 1765 1807
  8. Anggadipa II/ Wiradadaha VIII (yang pertama) 1807 - 1811
  9. RA Suryalaga/Kota Kabupaten di Tasik 1813 - 1814
  10. Anggadipa II/Wiradadaha VIII (yang kedua) 1814 - 1837

C.2. Sukapura di Manonjava.

Sebagian Wiradadaha VIII selama 5 tahun.

  11. R.T. Danuningrat 1837 1844
  12. R.T. Wiratanubaya 1844 1855
  13. R.T. Wirataadegdaha 1855 1875
  14. R.T. Wiraadiningrat 1875 1901
C.3. Sukapura di Tasikmalaya.
  
  15. R.T. Prawiraadiningrat 1901 1908
  16. R. A. A. Wiratanuningrat 1908 1937
  17. R. T. Wiradiputra (yang pertamakali) 1938 1944
  18. R.T. Sunarya 1944 1948
  19. R.T.Wiradiputra (yang keduakali) 1947 1949
Berakhirnya jaman dalem langsung dari keturunan Sukapura.

C.4. Sejak RAA Wiratanuningrat nama Kabupaten disebut Tasikmalaya

  20. R. Abas Wilagasomantri 1948 1951
  21. R. Priatnakusumah 1951 1957
  22. R. Ipung Gandapraja 1957
  23. R. Memet Supartadirja 1958 - 1966
  24. Letkol Husen Wangsaatmadja 1966 - 1974
  25. Drs. Kartiwa Suryasaputra 1974 - 1976
  26. Letkol. A Benyamin 1976 1981
  27. Kol. H. Hudly Bambang Aruman 1981 1986
  28. Kol. H. Adang Roosman, SH 1986 1991
  29. Kol H. Adang Roosman, SH 1991 1996
  30. Kol. SuIjana WH. 1996 2001
  31. Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd. 2001 - 2006
  32. Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd. 2006 - 2011
  33. ??

5. PENUTUP

Demikianlah uraian Hari Jadi Tasikmalaya dan sedikitnya perjalanan sejarah Tasikmalaya sampai hari ini. Hari Ini kita masih meneruskan dan berusaha untuk bangkit mengikuti teladan para perintis dan pejuang pendahulu kita.

Semoga arwah para perintis dan pendahulu kita ada dalam Nurul Rahmat Allah SWT, dan semoga kita semua tidak kehabisan aspirasi dan inspirasi untuk menyumbangkan Darma Bhakti kita dalam kehidupan di Negara Republik Indonesia.

Aamiin.

a.n. TIM PENELITI HARI JADI TASIKMALAYA

Sumber :
http://www.facebook.com/notes/i-love-tasikmalaya/uraian-singkat-hari-jadi-tasikmalaya-ke-898-21-agustus-1111-21-agustus-2009/140137011671
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...