Thursday, September 3, 2009

Introspeksi diri terhadap Gempa di Tasikmalaya (Tanah Kelahiranku)

Gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR) yang berpusat di 142 barat daya Kota Tasikmalaya, Jabar,Indonesia, Rabu kemarin tgl 2 September (yg merupakan Ultahku..hehe) terjadi sekitar pukul 14.55 WIB.

Goncangan gempa yang berlangsung sekitar satu setengah menit inipun menurut berita yg saya lihat di TVONE telah mengguncangkan berbagai daerah di wilayah Jabar, DKI, Banten, DIY, Jateng bahkan sampai Bali & Bengkulu

Kepala Humas Badan Metreologi Klimatologi dan Geofisika Edison Gurning di Jakarta, mengatakan pihaknya sempat mengeluarkan peringatan ancaman tsunami, namun kemudian peringatan itu dibatalkan sekitar 30 menit kemudian.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memerintahkan Gubernur Jawa Barat dan Bupati Tasikmalaya Jawa Barat, untuk bersiaga karena gempa tersebut, hal itu diungkapkan Menteri Sekretaris Negara, Hatta Radjasa, di Istana Negara Jakarta. Ia mengatakan pemerintah pusat pada saat kejadian belum berkomunikasi dengan pemerintah provinsi Jawa Barat sehingga nilai kerusakan maupun korban jiwa belum dapat diketahui.

Ini bukan kali pertama, Indonesia dilanda gempa bumi. Bahkan gempa bumi yang akhirnya menimbulkan tsunami pernah terjadi di Indonesia yaitu tahun 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Ratusan bahkan ribuan nyawa pada saat itu hilang. Trauma gempa dan tsunami di NAD tersebut masih terasa hingga sekarang, sehingga bila gempa terjadi di dasar lautan ketakutan akan tsunami mulai muncul.

Gempa memang bencana alam yang tiba bisa diduga kedatangannya. Bisa saja ia datang pada saat orang sedang tidur atau sedang bekerja. Hal ini harus terus diwaspadai mengingat para ahli mengatakan posisi Indonesia yang terkadang terimbas dengan gempa di tempat lain. Tidak seperti Jepang yang memang dikenal sebagai negara yang sering dilanda gempa, sehingga sejak dini pemerintah dan warganegaranya selalu waspada bila tiba-tiba terjadi gempa. Bahkan gedung-gedung dibuat dengan arsitektur tahan gempa. Sementara Indonesia bukan negara gempa, sehingga ketika gempa datang kekhawatiran muncul di mana-mana.

Dari informasi yang diterima belum diketahui secara pasti berapa korban jiwa yang meninggal dunia, begitu juga dengan kerugian material. Namun dilihat dari kekuatan gempa yang mencapai 7,3 SR dengan durasi satu setengah menit tentu bukan gempa yang biasa-biasa, maka sudah selayaknya pemerintah harus secepatnya melakukan rehabilitasi terhadap rumah-rumah penduduk yang hancur akibat gempat tersebut.

Di saat umat Islam di seluruh dunia sedang ‘menikmati’ Ramadhan, musibah gempa di Tasikmalaya muncul. Ini harus menjadi introspeksi kita semua. Bila dilihat dari sisi keberagamaan, gempa ini jangan dianggap sebagai musibah. Boleh jadi ini sebuah peringatan kepada kita untuk menyadari akan keberadaan kita sebagai makhluk-Nya. Peristiwa semacam ini harus mampu kita renungkan, bukan mencoba saling menyalahkan. Perenungan untuk mutlak dilakukan agar proses kehidupan kita ke depan lebih baik dari sekarang.

Mari kita singsingkan lengan untuk membantu para korban - jika memang ada - karena di Ramadhan inilah kita diperintahkan untuk membagi apa yang ada pada kita, agar masyarakat yang terkena musibah ini tidak merasa mereka sendirian. Ujudkan rasa solidaritas terhadap setiap musibah yang ada, sehingga terpupuk rasa saling memiliki di antara satu ‘keluarga’ yaitu bangsa Indonesia.

Bila ada masyarakat di Tasikmalaya menangis karena peristiwa gempa yang mereka alami, sudah selayaknya kita juga turut menangis dan berusaha menghadirkan kesedihan mereka dalam kehidupan kita sehingga akan terasa untuk saling berbagi dan merasakan satu kepedihan terhadap apa yang dialami saudara-saudara kita tersebut. Kita harus terus memohon kemurahan-Nya agar ke depan tidak ada lagi bencana yang menimbulkan korban jiwa maupun materi.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...