Friday, September 11, 2009

Bag. 6: Keruntuhan Menara 7 yang (tidak terlalu) Misterius

67. The Not-So-Mysterious Collapse of Tower Seven [page 386]

 Sebelum kejadian 9-11 tak pernah ada kasus dimana sebuah bangunan berstruktur baja ambruk hanya karena api. Keruntuhan Menara 7 WTC pada 11 September 2001, pukul 17.20, sangat luar biasa. Menara 7 memiliki 47 tingkat, yang menjadikannya mencapai ketinggian 600 kaki. Selain Menara Kembar WTC, Menara 7 merupakan salah satu bangunan tertinggi di Manhattan. Menara 7 dipisahkan dari Menara Kembar oleh sebuah blok kota. Menara 7 berada 355 kaki dari muka utara Menara Utara, dan Menara 6 berdiri diantara Menara 7 dan Menara Utara. Menara Selatan bahkan lebih jauh lagi. Menara 7 tidak lebih dekat dengan Menara Kembar dibanding bangunan lainnya yang hanya mengalami kerusakan kecil. Menara 7 tidak dihantam oleh pesawat ataupun reruntuhan puing dari Menara 1 atau 2, tapi secara misterius dua kebakaran kecil berkobar di dalam gedung tersebut dan selanjutnya ambruk pada 11 September malam.


Menariknya, lantai 23 Menara 7 menerima 15 juta dolar biaya renovasi, termasuk suplai air dan udara yang terjamin dan bebas, serta jendela tahan bom dan peluru yang dirancang mampu bertahan terhadap angin berkekuatan 200 mil per jam. Hasil renovasi tersebut dimaksudkan untuk digunakan oleh Walikota New York, Rudolph Guiliani, sebagai sebuah pusat komando darurat (emergency command center). Salah satu alasan pembentukan pusat komando tersebut adalah peristiwa pengeboman WTC tahun 1993. Lantai 23 adalah posisi yang ideal bagi sebuah pusat komando karena memiliki pemandangan tanpa halangan terhadap sisi utara Menara Kembar, yang sejak 1993 dianggap sebagai target utama para teroris. Menara 7 adalah gedung pencakar langit yang 100% berkerangka baja dan dibangun dengan baik. Gedung ini memiliki rangkaian 58 tiang yang mengelilingi batas pinggirnya (perimeter), serta 25 tiang pada inti bangunannya.[967]

Anehnya, pada hari serangan 9-11, Walikota Rudolph Guiliani beserta rombongannya menjalankan kantor di lokasi berbeda dan tidak memanfaatkan bunker khusus yang dirancang secara akurat untuk peristiwa semacam ini. Guiliani menyatakan bahwa Menara 7 segera menjalani proses evakuasi saat peristiwa hantaman pesawat yang pertama.

Pusat komando berada di WTC 7, gedung yang berada di utara WTC dan ambruk di sore harinya. Mungkin ambruk pada pukul 4 atau 5 sore. Tapi sejak saat menit-menit awal pesawat pertama menghantam, WTC 7 dievakuasi.[968]


Menara 7 segera dievakuasi saat hantaman pesawat pertama, tapi tak ada perintah yang diberikan untuk mengevakuasi Menara Selatan, yang belum dihantam oleh pesawat kedua, meskipun berada di sebelah kanan Menara Utara. Ketika itu hanya Menara Utara yang terbakar, banyak orang menganggap itu hanya sebuah peristiwa tragis dan bukan serangan bersama yang akan pula meliputi Menara Selatan. Kenyataannya, banyak orang di Menara Selatan diperintah oleh personel keamanan untuk tetap tinggal dan kembali ke kantor mereka setelah pesawat pertama menghantam Menara Utara. Petugas keamanan WTC merasa bahwa kerusakan yang timbul hanya terbatas pada lantai-lantai bagian atas di Menara Utara dan tak ada ancaman terhadap Menara Selatan. Menara 7 berada lebih jauh dari Menara Utara yang sedang terbakar dibanding Menara Selatan (yang berdekatan dengan Menara Utara-pen).

Menara 7 bahkan tidak berada di kompleks yang sama seperti menara WTC. Menara 7 berada di seberang Vesey Street dari Menara 6 yang berdiri di antara Menara 7 dan Menara Utara. Menara 7 bahkan tidak terletak di Plaza WTC. Kompleks 6 bangunan di Plaza WTC dibangun pada tahun 1970-an, sedangkan pembangunan Menara 7 baru mulai pada 1985. Menara 7 memiliki gaya arsitektur yang sangat berbeda. Ketika Menara 7 diperintahkan untuk dievakuasi saat 9-11, tak ada kebakaran yang muncul di dalam benguna tersebut dan tak ada kerusakan. Kebakaran di Menara 7 tidak muncul hingga setelah evakuasi tersebut dan setelah pesawat kedua menghantam Menara Selatan.

Ketika Menara 7 akhirnya ambruk, tak ada satupun petugas pemadam kebakaran di dalam gedung tersebut yang berusaha memadamkan api. Hanya terdapat kerusakan kecil pada gedung, dan api hanya terbatas pada dua area yang terisolasi. Para pemadam kebakaran tampaknya telah mengetahui bahwa gedung tersebut akan ambruk, sehingga mereka tidak mendekatinya.

Bagaimana mereka tahu? Siapa yang memberitahu mereka?

Rudolph Guiliani pergi sejauh satu blok menuju pusat komando alternatif di 75 Barclay Street. Ia membuka rahasia ketika menjelaskan pada Peter Jennings (BBC News) tanggal 11- September pagi: “Saya pergi menuju lokasi lalu ke 75 Barclay Street, di sana sudah ada kepala manajemen darurat (head of emergency management) serta komisaris polisi dan pemadam kebakaran. Kami bekerja di sana [75 Barclay Street] ketika kami diberitahu bahwa WTC akan runtuh, dan itu memang runtuh sebelum kami keluar dari markas.”[969] Perhatikanlah, Guiliani tidak mengatakan dirinya diperingatkan bahwa WTC mungkin runtuh, ia “diberitahu bahwa WTC akan runtuh.” Dalam sejarah, tak ada bangunan berkerangka baja yang runtuh karena api. Menara Kembar WTC dirancang khusus untuk bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hantaman melalui udara dengan pesawat Boeing 707, pesawat yang secara substansial berukuran sama dengan Boeing 767 yang menghantam Menara Utara dan Selatan pada peristiwa 11 September.[970]

Lalu siapa yang sudah dapat mengetahui sebelumnya bahwa WTC akan ambruk? Jawabannya jelas, orang-orang yang merencanakan penghancuran menara tersebut hingga ambruk dengan peledak internal. Guilian berada di markas darurat bersama dengan komisaris polisi dan pemadam kebakaran. Mereka sedang mengadakan kontak langsung dengan para pemadam kebakaran yang dengan berani masih menaiki tangga untuk memadamkan api di Menara Kembar. Guiliani dan yang lainnya “diberitahu bahwa WTC akan ambruk” tapi tak seorang pun yang memperingatkan para pemadam kebakaran yang gagah berani itu mengenai segera ambruknya Menara Selatan.

Sebelum keruntuhan setiap menara, terdapat sebuah ledakan besar. Sudah diketahui umum bahwa media massa menyebut lokasi ambruknya Menara Kembar WTC sebagai “ground zero”, penunjukan/penandaan yang biasa digunakan untuk menggambarkan titik dimana peralatan nuklir diledakkan. Ledakan awal berukuran besar itu diikuti oleh serangkaian ledakan kecil ketika gedung-gedung itu berubah menjadi debu dan larut ke dalam jejak kakinya sendiri. Reporter investigatif bernama Alexander James meringkas beberapa keterangan saksi mata mengenai ledakan besar yang menghancurkan fondasi salah satu menara.

USA Today mewawancarai Korban Hidup dalam Tragedi WTC. “Saat ia meninggalkan gedung, (Ronald DiFrancesco) melihat sebuah bola api menggelinding mendekatinya. Ia menutup wajahnya dengan tangan. Ia bangun 3 hari kemudian di rumah sakit St. Vincent. Tangannya terbakar. Beberapa tulang patah. Paru-parunya hangus. Tapi ia masih hidup – orang terakhir yang tersisa dari Menara Selatan.”

Keterangan Dua Fotografer 9-11, Don Halasy: “Ketika saya berbalik untuk lari, udara panas meluncur ke arah saya. Saya berusaha mengalahkannya, tapi itu menyapu saya dan benar-benar menghempaskan saya ke dinding sebuah gedung. Saat saya berdiri kembali, hujan reruntuhan turun dari langit.” (Perhatikan bagaimana “hujan reruntuhan” turun dari langit sesaat SETELAH Halasy terlempar ke tanah. Ini adalah detail yang sangat penting!)

David Handschuh: “Berdasarkan insting saya langsung mengangkat kamera, dan sesuatu hal mengambil alih diri saya yang mungkin telah menyelamatkan hidup saya. Dan saat itu berlari dibanding mengambil gambar. Saya menuruni ujung blok dan berbelok ketika sebuah gelombang—gelombang panas berwarna hitam dan kuat—melemparkan saya menuruni blok. Itu benar-benar menghempas kaki saya, dan saya berakhir sekitar satu blok berikutnya.”

Apa yang digambarkan semua saksi mata ini dikenal sebagai “shockwave effect”. Ketika sebuah ledakan terjadi, temperatur sangat tinggi dihasilkan dalam waktu dan ruang yang sedikit. Perubahan temperatur secara tiba-tiba ini menyebabkan udara terdorong keluar dengan tekanan tinggi, berusaha menstabilkan dirinya sendiri. Akibatnya adalah ledakan udara panas yang memancar ke semua arah.[971]

Setelah ledakan awal yang besar terdapat ledakan kecil yang menghancurkan lantai-lantai pada saat gedung tersebut ambruk secara sendirinya. Dua pemadam kebakaran terekam sedang mendiskusikan keterangan saksi mata mengenai ambruknya salah satu menara:

Pemadam 1: Lantai demi lantai mulai beterbangan…
Pemadam 2: Seperti terdapat detonator…
Pemadam 1: Ya, detonator…
Pemadam 2: …ditanamkan untuk meruntuhkan bangunan. boom-boom-boom-boom-boom…
Pemadam 1: Semuanya runtuh. Saya menyaksikannya dan kemudian lari.[972]

Mengapa tidak banyak petugas pemadam kebakaran New York yang keluar untuk menjelaskan apa yang mereka lihat dan dengar? Karena mereka diperintah untuk tutup mulut dengan ancaman pemecatan jika mengungkapkan apa yang mereka ketahui.

Reporter Randy Lavello menjelaskan:
Saya bertemu Letnan Bantu Pemadam Kebakaran dan mantan Petugas Polisi Bantu, Paul Isaac Jr., di World Trade Center Memorial. Paul, bersama dengan petugas pemadam kebakaran lainnya, sangat kecewa dengan upaya penutup-nutupan yang jelas-jelas terlihat dan dia sedang berusaha demi kebenaran dan keadilan. Ia ditempatkan di Engine 10, di seberang jalan WTC pada tahun 1998 dan 1999; Engine 10 seluruhnya tersapu bersih dalam peristiwa ambruknya menara.

Ia menjelaskan pada saya bahwa, “banyak petugas pemadam lain yang mengetahui bahwa terdapat bom dalam gedung tersebut, tapi mereka khawatir dengan nasib pekerjaan mereka jika mengungkapkan hal tersebut karena “kalangan atas” melarang pembahasan atas fakta ini.”

Lebih jauh Paul menguraikan bahwa mantan Direktur CIA, Robert Woolsey, sebagai Konsultan Anti-Terorisme untuk Departemen Pemadam Kebakaran, mengirim perintah tutup mulut kepada para bawahan. “Pasti terdapat bom dalam gedung-gedung tersebut,” tuturnya pada saya. Ia menjelaskan pada saya bahwa, jika gedung tersebut telah di-pancake seperti telah biasa disebutkan, lantai-lantai yang jatuh pasti akan menemui tantangan besar dari tiang penopang yang terbuat dari baja, yang dapat mengirimkan reruntuhan terbang keluar menuju blok-blok yang mengelilingi. Saya bertanya padanya mengenai tiang penopang serta mengutip penjelasan “jangan mempercayai tiang penopang” dalam peristiwa runtuhnya gedung. Ia merespon dengan persaan tak percaya, dan berkata, “Anda takkan pernah bisa membangun tiang penopang setinggi itu. Angin yang kecil akan merubuhkannya! Gedung-gedung itu ditopang oleh baja yang diperkuat. Bangunan tidak akan meledak (implode) seperti itu; ini adalah penghancuran.”

Sesaat setelah tragedi, petugas pemadam bernama Louie Cacchioli mengatakan, “Kami pikir terdapat bom yang dipasang di dalam gedung.” Perhatikan, ia mengatakan “kami”. Pada pukul 9.04, sesaat setelah flight (penerbangan) 175 menghantam Menara Selatan, sebuah ledakan besar meletus sejauh 550 kaki di udara dari U.S. Customs House yang dikenal sebagai WTC 6.
Kawah raksasa tertinggal di tanah di mana bangunan ini pernah berdiri. Sesuatu telah meledakkan WTC 6 – itu bukan pesawat; pasti sejenis bom.[973]


Lebih jauh, sudah pasti bahwa Menara 7 juga dihancurkan dengan sengaja. Apa buktinya? Pemilik lease WTC, Larry Silverstein, telah keliru dan mengakui satu hal saat wawancara. Dalam dokumenter “American Rebuilds”, mengudara pada September 2001, Silverstein menyatakan: “Saya ingat saat mendapat telepon dari, e…, komandan departemen pemadam kebakaran, yang mengatakan pada saya bahwa mereka tidak yakin akan mampu menahan api, lalu saya bilang, ‘Kita telah pernah menghadapi kerugian dahsyat semacam itu, mungkin hal terbaik yang harus dilakukan adalah menariknya.’ Dan mereka mengambil keputusan untuk menarik petugas dan kami menyaksikan gedung tersebut ambruk.”[974]


Bukti lainnya dalam penghancuran Menara 7 adalah fakta bahwa dua bangunan yang mendampingi Menara 7 di kedua sisinya tetap berdiri. Di sebelah barat Menara 7 terdapat Gedung Verizon setinggi 32 tingkat. Secra virtual, semua kehancuran signifikan yang diderita Gedung Verizon adalah akibat dari runtuhnya Menara 7, bukan dari runtuhnya Menara Utara atau Selatan. Padahal Gedung Verizon lebih dekat ke Menara Utara dan karena itu seharusnya mengalami sedikit kerusakan dari runtuhnya menara tersebut sebagaimana yang dialami Menara 7. Namun, Gedung Verizon tetap berdiri dan tak ada kebakaran yang muncul di dalam gedung tersebut. Gedung U.S. Post Office, yang berada di sebelah timur Menara 7, tetap berdiri. Gedung Verizon dan U.S. Post Office diperbaiki dan dibuka kembali.

World Financial Center (WFC) berada di seberang jalan ke arah barat dari WTC. Gedung 2 WFC dekat dengan Menara Utara WTC, seperti Menara 7 WTC, namun Gedung 2 WFC tidak menderita kerusakan signifikan dari runtuhnya Menara Kembar WTC. Satu-satunya kerusakan pada gedung-gedung WFC adalah kerusakan di sudut tenggara Gedung 3, tampaknya disebabkan oleh reruntuhan yang jatuh.[975] Kerusakan tersebut secara akurat dapat digambarkan sebagai kerusakan kecil dan tentu bukan kerusakan yang dapat menyebabkan keruntuhan total gedung tersebut; pada waktunya kemudian diperbaiki. Gedung-gedung WFC memiliki model bangunan yang kira-kira sama dengan Menara 7 WTC, semuanya dibangun pada pertengahan 1980-an.

Semuanya tunduk pada standar dan undang-undang konstruksi yang sama. Gedung-gedung WFC berdiri dengan kokoh hari ini sebagaimana ketika pertama kali dibangun. Menara 7 WTC dapat berdiri kokoh dengan gedung-gedung WFC jika tidak diledakkan oleh peledak yang ditanam di titik-titik strategis.


footnote
[967].Building 7, the Secrecy Shrouded Building Holding Guiliani’s Command Center, http://911research.wtc7.net/wtc/background/wtc7.html (web address current as of October 24, 2004).
[968].Rudolph Guiliani Interview, The Hall of Public Service,
http://www.achievement.org/autodoc/page/giu0int-7 (web address current as of October 24, 2004).
[969].Alexander James, Proof of Demolition of WTC 1,2,6,7 by Internal Explosions, July 11, 2004, http://newswire.indymedia.org/en/newswire/2004/07/805929.shtml (web address current as of October 24, 2004).
[970].The WTC Was Designed to Survive the Impact of a Boeing 767, So Why Didn’t It? http://hawaii.indymedia.org/news/2003/07/3257.php (web address current as of October 24, 2004).
[971].Alexander James, Proof of Demolition of WTC 1,2,6,7 by Internal Explosions, July 11, 2004, http://newswire.indymedia.org/en/newswire/2004/07/805929.shtml (web address current as of October 24, 2004).
[972].Alexander James, Proof of Demolition of WTC 1,2,6,7 by Internal Explosions, July 11, 2004, http://newswire.indymedia.org/en/newswire/2004/07/805929.shtml (web address current as of October 24, 2004).
[973].Randy Lavello, Bombs in the Building: World Trade Center ‘Conspiracy Theory’ is a Conspiracy Fact, http://www.prisonplanet.com/analysis_lavello_050503_bombs.html (web address current as of October 24, 2004).
[974].WTC7: The Signature of a 9/11 Demolition, http://www.whatreallyhappened.com/cutter.html (web address current as of October 24, 2004).
[975].Photos of Damage to Nearby building and Southern Ground Zero,
http://911research.wtc7.net/wtc/evidence/photos/gzrescue2.html (web address current as of October 27, 2004); The World Financial Center, http://www.wirednewyork.com/wfc/3wfc/default.htm (web address current as of October 27, 2004).

Sumber : http://unseenhands.wordpress.com/2009/02/16/di-balik-serangan-9-11-bag-6/

Original Source : Antichrist Conspiracy: Inside the Devil’s Lair Copyright ©1999, 2008 by Edward Hendrie www.antichristconspiracy.com

No comments:

Post a Comment