Friday, September 11, 2009

Bag. 7 – Habis: Kesempatan Untuk Mempersiapkan Peledak

68. Opportunity to Preset Explosives [page 390]

Menara 7 ambruk dengan cara terkendali dalam jejak kakinya sendiri yang dipasangi dengan bahan peledak. Memerlukan waktu berhari-hari untuk memasangi gedung tersebut dengan bahan peledak, jadi harus sudah selesai dilakukan sebelum tanggal 11 September sebagai persiapan. Jika Menara 7 dipasangi bahan peledak beberapa hari sebelum 9-11, itu menyiratkan bahwa seluruh tragedi 9-11 merupakan pekerjaan orang dalam yang direncanakan dan dipersiapkan sejak semula.


Jika Menara 7 dipasangi bahan peledak sejak semula, kesimpulan lazimnya adalah bahwa Menara 1 & 2 juga telah dipasangi bahan peledak sejak sebelum serangan 9-11, setidaknya untuk ledakan permulaan yang digunakan untuk menirukan serangan pesawat. Seperti telah kita lihat, pesawat-pesawat itu merupakan CGI, dan menara ambruk melalui penggunaan senajata energi yang luar biasa. Ledakan permulaan di setiap menara, telah dipasang sejak awal. Apakah ada bukti mengenai pemasangan bahan peledak tersebut sejak awal? Memang ada. Menurut Scott Forbes, administrator database untuk Fiduciary Trust, Inc. (bank investasi yang kemudian dimiliki oleh Franklin Templeton), menara WTC sengaja menjalani “power-down” (penurunan daya listrik -pen) pada akhir minggu sebelum serangan 9-11.

[Scott] Forbes, yang disewa oleh Fiduciary pada tahun 1999 dan kini ditempatkan di kantor cabang Inggris, bekerja pada akhir minggu 8-9 September 2001, dan mengatakan bahwa perusahaannya diberitahu 3 minggu sebelumnya bahwa Otoritas Pelabuhan New York (New York’s Port Authority) akan mengambil daya listrik Menara Selatan dari lantai 48 ke atas. Alasannya: Otoritas Pelabuhan sedang menjalankan upgrade kabel untuk meningkatkan bandwidth komputer WTC.

Forbes menyatakan bahwa Fiduciary Trust merupakan salah satu penghuni pertama WTC setelah gedung itu dibangun, dan “power-down” tak pernah dilakukan sebelumnya. Ia juga menyatakan bahwa perusahaannya mengeluarkan investasi besar dalam hal waktu dan sumber daya untuk membongkar sistem komputernya karena periode penurunan daya yang disengaja tersebut. Proses ini, Forbes mengingatnya, dimulai Sabtu pagi (8 September) dan berlanjut hingga pertengahan Minggu sore (9 September) – kira-kira memakan waktu 30 jam. Akibat dari pemotongan daya listrik itu, kamera keamanan WTC jadi tidak berfungsi, begitu juga dengan sistem I.D. dan elevator menuju lantai atas.

Forbes menekankan bahwa terdapat listrik untuk lantai WTC bagian bawah, dan ada banyak teknisi yang mondar-mandir dan memiliki akses ke seluruh bagian gedung karena sistem keamanan sedang tak berfungsi. Dalam sebuah email kepada jurnalis John Kaminski, penulis The Day America Died (Sisyphus Press) dan America’s Autopsy Report (Dandelion Books), Forbes menulis: “Tanpa listrik, kamera keamanan dan kunci keamanan pintu tak berfungsi, dan sangat banyak ‘teknisi’ yang mondar-mandir keluar masuk gedung.”

Selain itu, Forbes mengatakan terdapat keganjilan lainnya sekitar peristiwa yang tak dilaporkan berikut, meliputi:
  1. Para pegawai Fiduciary yang terjebak di antara lantai 90-97 Menara Selatan menceritakan kepada anggota keluarganya (melalui telepon genggam) bahwa mereka mendengar “ledakan seperti bom” di seluruh area gedung.
  2. Kamera video yang ditempatkan di puncak WTC dan digunakan untuk memberi gambar harian bagi stasiun televisi lokal tak dapat berfungsi pagi itu.
  3. Seorang pegawai Fiduciary yang berada di salah satu lantai bawah dan segera melarikan diri setelah menara pertama (Utara) dihantam, melaporkan bahwa ia takjub dengan banyaknya agen FBI yang bersiaga di jalanan sekitar kompleks WTC hanya beberapa menit setelah serangan pertama.
  4. Yang terakhir namun tak kalah penting, Ann Tatlock, CEO Fiduciary Trust dan kini anggota direksi Franklin Templeton, datang ke sebuah konferensi yang dipandu oleh Warren Buffet di Offutt Air Force Base (markas U.S. Strategic Command Headquarters di Omaha, Nebraska) ketika serangan 9-11 terjadi. Secara kebetulan, hari itu Presiden George W. Bush datang ke pangkalan yang sama di Air Force One dengan “alasan keamanan”. Yang lebih mengerikan adalah ikatan Offutt AFB dengan eksperimen MK-ULTRA milik CIA, Project Monarch, Franklin Cover-Up, dan praktek-praktek satanis Michael Aquino. (Ketikkan kata-kata tersebut ke dalam sebuah search engine untuk mendapatkan lebih banyak informasi). Di akhir bagian, Forbes mengatakan bahwa meskipun pengungkapan ini dapat membahayakan pekerjaannya sekarang, dirinya telah melangkah maju, karena “Saya telah meng-email-kan informasi ini kepada banyak orang, termasuk 9/11 Commission, tapi tampaknya tak seorang pun yang mendaftarkan fakta-fakta ini.”[976]

Serangan 9-11 adalah operasi psikologis yang dinaskahkan dengan baik. Para konspirator memiliki banyak operasi semacam ini di toko, untuk kita.

“Selama minggu-minggu serangan 9-11, banyak laporan mengemuka bahwa para pakar intelijen militer telah mengadakan pertemuan rahasia dengan penulis naskah Hollywood guna menanamkan beberapa kemungkinan skenario teroris,” kata Seattle Times. “Hampir dua tahun kemudian, para petugas keamanan di seluruh negeri mengambil pendekatan yang lebih matematis dalam penjagaan negara. Itu disebut ‘risk-based methodology’ (metodologi berbasis resiko), dan itu adalah cara berpikir tentang sesuatu yang tak terpikirkan untuk menyebarkan dana dan tenaga terbatas dengan jalan terbaik.”[977]


Menurut Variety, sebagai reaksi terhadap serangan 9-11, FBI mendekati beberapa penulis top Hollywood guna membantu mereka mengangkat beberapa skenario serangan teroris, dalam rangka membantu persiapan keamanan negara.[978]


Menggelikan bagi kita untuk berpikir bahwa para penulis naskah Hollywood akan mampu membantu mengamankan negara dengan kemampuan, entah bagaimana, memprediksikan serangan teroris berikutnya. Mereka penulis fiksi! Mereka tidak menyelidiki fakta dan memeriksa keterangan mentah! Penulis naskah takkan lebih bagus dalam memprediksi serangan teroris berikutnya dibanding pelukis yang akan berada dalam kejuaraan melukis World Series di tahun-tahun berikutnya. Satu-satunya penjelasan rasional untuk berkonsultasi dengan penulis naskah Hollywood adalah bahwa agar penulis naskah membantu penulisan naskah serangan “teroris” berikutnya dalam rangka meningkatkan dampak psikologis secara maksimum. Penulis naskah hampir tak mengetahui apapun mengenai keamanan nasional, tapi mereka tahu banyak tentang histeria dan emosi massa. Mereka tahu bagaimana membuat sebuah skenario yang dapat menciptakan respon emosional yang diharapkan dari masyarakat umum.

footnote
[976].Victor Thorn, Pre-9/11World Trade Center Power-Down, April 3, 2004, http://69.28.73.17/thornarticles/powerdown.html (web address current as of October 24, 2004).
[977].http://www.homelandsecurity.org/NewsletterArchives/080803.htm (web address current as of October 24, 2004).
[978].http://archives.cnn.com/2001/SHOWBIZ/Movies/11/09/hollywood.war/ (web address current as of October 24, 2004).

Sumber : http://unseenhands.wordpress.com/2009/02/17/di-balik-serangan-9-11-bag-7-habis/

Original Source : Antichrist Conspiracy: Inside the Devil’s Lair Copyright ©1999, 2008 by Edward Hendrie www.antichristconspiracy.com

No comments:

Post a Comment