66. Proof That Directed Energy Weapon Was Used on 9-11 [page 373]
Keterangan saksi mata mengenai bom yang meledak di bagian dalam WTC sebelum ambruknya Menara Kembar WTC telah diabaikan oleh media-media besar. Christopher Bollyn, reporter American Free Press, mempublikasikan laporan pada 22 Oktober 2001 berkenaan dengan keterangan saksi mata tentang ledakan sebelum dan saat ambruknya Menara WTC.
Meskipun ada laporan dari sejumlah saksi mata dan para pakar, termasuk para reporter berita, yang mendengar atau melihat ledakan sesaat sebelum ambruknya WTC, terdapat kebisuan (virtual silence) pada media-media secara umum.
Van Romero, pakar bahan peledak dan mantan direktur Energetic Materials Research and Testing Center di New Mexico Tech, mengatakan pada 11 September, “Menurut saya, berdasarkan rekaman video yang ada, setelah pesawat menghantam WTC terdapat beberapa peralatan peledak di dalam gedung yang menyebabkan menara tersebut ambruk.”
Romero adalah wakil presiden penelitian di New Mexico Institute of Mining and Technology, yang mempelajari material bahan-bahan peledak serta efeknya terhadap bangunan, pesawat, dan struktur lainnya, dan ia sering membantu penyelidikan forensik dalam kasus serangan teroris, biasanya dengan memasang ledakan serupa dan mempelajari efeknya.
Setelah dihantam oleh pesawat, menara kembar terlihat masih stabil. Lalu tanpa peringatan, pada pukul 9.58 menara selatan meledak ke dalam (implosion) dan ambruk secara vertikal, 53 menit setelah dihantam. Pada 10.28, 88 menit setelah terkena hantaman, menara utara juga ambruk.
“Sulit bagi sesuatu dari pesawat untuk dapat memicu peristiwa semacam itu,” kata Romero. Jika ledakan tersebut menyebabkan menara menjadi ambruk, “itu mungkin karena ada sejumlah bahan peledak yang ditempatkan di titik-titik strategis,” ia bilang.
“Salah satu hal dalam serangan teroris yang sering dicatat adalah serangan pengalih perhatian (diversionary attack) dan peralatan sekunder (secondary device),” kata Romero. Para penyerang akan melakukan peledakan permulaan, sebagai diversionary attack, dalam kasus ini berupa hantaman pesawat ke menara, yang membawa petugas darurat kepada peristiwa tersebut, dan kemudian para penyerang melakukan peledakan kedua.
Sepuluh hari setelah serangan, menyusul adanya kritik terhadap ucapannya, Romero memuta-balikkan analisisnya tentang keruntuhan menara WTC, “Tentu saja yang menyebabkan gedung tersebut ambruk adalah api,” katanya kepada Journal pada 21 September.
Namun, terdapat informasi lain yang dapat membuktikan kebenaran skenario [pertama] Romero yang kontroversial. Seorang saksi mata yang kantornya berada di dekat WTC mengatakan kepada AFP bahwa ia sedang berdiri di antara kerumunan orang di Church Street, sekitar dua setengah blok dari Menara Selatan, ketika melihat “sejumlah sumber cahaya kilat (brief light) yang sedang dipancarkan dari bagian dalam gedung antara lantai 10 dan 15.” Ia melihat sekitar 6 cahaya tersebut, disertai oleh “suara meretih” sebelum menara ambruk…. Salah seorang pemadam kebakaran di menara kedua yang telah dihantam itu, Louie Cacchioli (51 tahun), mengatakan kepada People Weekly pada 24 September: “Saya sedang membawa para petugas pemadam kebakaran dalam elevator untuk menuju lantai 24 guna mengevakuasi para pegawai kantor. Saat perjalanan hampir selesai, sebuah bom meledak. Kami pikir terdapat bom yang dipasang di dalam gedung.”
Kim White (32 tahun), pegawai di lantai 80, juga melaporkan bahwa dirinya mendengar sebuah ledakan. “Tiba-tiba saja gedung bergoncang, kemudian mulai bergoyang. Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi,” katanya kepada People. “Kami membawa semua orang di lantai tersebut menuju ruang tangga….saat itu kami semua mengira penyebabnya adalah api… Kami turun hingga lantai 74…kemudian ada sebuah ledakan lagi.”
Menurut teori yang diterima secara umum, saat api menjalar di dalam gedung, inti baja di setiap gedung memanas hingga 2000 derajat Fahrenheit, yang menyebabkan tiang penopang roboh.
Pimpinan insinyur yang merancang Menara WTC mengekspresikan keterkejutannya bahwa menara tersebut ambruk setelah dihantam pesawat penumpang. “Saya merancangnya tahan terhadap hantaman Boeing 707,” kata Lee Robertson, insinyur struktur gedung tersebut. Boeing 707 memiliki kapasitas bahan bakar lebih dari 23.000 galon, sebanding dengan Boeing 767 yang memiliki kapasitas bahan bakar 23.980 galon.
Arsitek lainnya yang merancang WTC, Aaron Swirski, tinggal di Israel, berbicara kepada Jerusalem Post Radio setelah serangan tersebut: “Gedung itu dirancang untuk bertahan terhadap adanya kemungkinan serangan semacam ini,” katanya.
Hyman Brown, profesor teknik sipil Universitas Colorado dan manager konstruksi WTC, bingung saat menyaksikan menara tersebut ambruk. “Gedung itu dirancang untuk dapat bertahan hampir terhadap segala macam ancaman termasuk topan, angin kencang, ledakan bom, dan hantaman pesawat,” katanya.
Brown berkata kepada AFP bahwa meskipun gedung tersebut dirancang untuk bertahan terhadap “badai 150-tahun” dan hantaman Boeing 707, menurutnya kebakaran bahan bakar pesawat pada 2.000 derajat Fahrenheit dapat memperlemah baja. Brown menjelaskan bahwa menara selatan pertama kali ambruk ketika dihantam dengan beban yang lebih berat di atas area tubrukan. Brown berkata pada AFP bahwa ia “tidak menerima” teori yang menyatakan bahwa implosion tersebut disebabkan oleh api yang menyedot udara keluar dari lantai bawah, seperti menurut banyak spekulasi.
Perusahaan kontraktor yang dilaporkan menjadi pihak pertama yang mengangkut puing reruntuhan yang tersisa merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam bidang pembongkaran/penghancuran gedung-gedung besar secara saintifik. Perusahaan ini bernama Controlled Demolition, Inc. (CDI), asal Baltimore, dipimpin oleh Mark Loizeaux.
CDI adalah kontraktor yang sama yang membongkar/menghancurkan dan mengangkut kerangka gedung Oklahoma City Murrah yang mengalami pengeboman, tindakan tersebut menghalangi investigator independen untuk mencari bukti-bukti tentang isu yang mengatakan bahwa terdapat bom yang dipasang di bagian dalam gedung tersebut.
Pada Februari 2000, Juri Agung federal mendakwa Mark Loizeaux, Douglas Loizeaux, dan Controlled Demolition, Inc. atas tuduhan laporan palsu sumbangan kampanye dengan meminta anggota keluarga dan pegawai CDI untuk menyumbang bagi kampanye Rep. Elijah E. Cummings (D-Md.).
Baltimore Sun memberitakan bahwa sumbangan ilegal tersebut diduga terjadi antara tahun 1996 dan 1998. Loizeaux bersaudara dan CDI dibebaskan pada September 2000.
Menurut laporan, pembersihan puing-puing sebanyak kira-kira 1,2 juta ton itu membutuhkan dana sebesar $7 miliar dan memakan waktu hingga satu tahun.[958]
Di samping kiri ini terdapat rangkaian 3 foto berbeda mengenai seorang korban wanita yang sedang bertahan dalam retakan yang diakibatkan oleh pesawat kedua yang menghantam menara utara WTC pada 11 September 2001. Untuk bisa mencapai lubang bekas hantaman tersebut, sang wanita harus berjalan menyusuri lantai dimana ia berada.
Namun, berdasarkan cerita resmi, area tersebut panas bagai neraka, cukup panas untuk melelehkan balok baja yang padat (kira-kira diperlukan 2.700 derajat Fahrenheit/1.500 derajat Celcius untuk melelehkan baja), yang akhirnya menyebabkan satu lantai gedung tersebut ambruk dalam satu waktu secara bertahap (pancake sequence).
Laporan resmi tersebut mustahil bisa diterima, karena bahan bakar pesawat komersial (Jet-A), yang murni kerosene, terbakar di udara pada temperatur maksimum 1.500 derajat Fahrenheit/800 derajat Celcius. Para pakar telah mengkalkulasi bahwa temperatur lantai yang terbakar dalam gedung WTC bahkan tidak mencapai temperatur yang dibutuhkan untuk melemahkan dan melelehkan balok baja.[959]
Kesimpulan tersebut didukung oleh penampakan sang wanita. Seperti bisa Anda lihat, sang wanita tampak dalam keadaan baik; baik rambut maupun pakaiannya tidak hangus. Jadi kita tahu bahwa api tersebut bersifat lokal/terbatas dan tidak cukup panas untuk melelehkan balok baja.
Menurut akal sehat, mustahil hydrocarbon (dari apapun
jenisnya) yang sedang terbakar, tanpa tambahan oksigen murni, dapat
melelehkan baja. Kalau api hydrocarbon dapat menyebabkan baja meleleh,
maka kita akan menemukan orang-orang yang memasak menggunakan kompor gas
bisa-bisa melelehkan peralatan dapur mereka yang terbuat dari baja. Ini
akan sering terjadi, karena kompor gas sangat efisien dan lebih panas
dibanding bahan bakar pesawat, yang pada dasarnya adalah kerosene.
Selain itu juga akan menimbulkan masalah lain pada peralatan dapur yang
terbuat dari aluminiium, karena aluminium meleleh pada titik lebih
rendah dibanding baja. Jika laporan resmi mengenai WTC itu memang benar,
maka kompor sendiri, yang terbuat dari baja yang agak tipis, akan
sering meleleh. Kita tahu bukan ini topik masalahnya; kita juga tahu
bahwa kebakaran yang terjadi di WTC tidak menyebabkan ambruknya kedua
menara.
Seismograph di Lamont-Doherty Earth Observatory, Universitas Columbia, di Palisades, N.Y., 21 mil arah utara WTC, mencatat 2 spike (grafik tajam) dalam catatan seismik tanggal 11 September, yang mengindikasikan 2 ledakan energi besar yang mengguncang tanah di bawah menara kembar WTC. Sepasang ledakan besar berukuran 2,1 skala Richter tercatat sesaat sebelum ambruknya menara selatan. Sepasang ledakan besar yang kedua berukuran 2,3 skala Richter terdeteksi beberapa detik sebelum ambruknya menara utara. Ledakan-ledakan ini tak bisa dijelaskan dengan hantaman pesawat atau puing-puing gedung yang menghantam tanah. Tiap ledakan segera diikuti oleh ambruknya kedua menara.
Diduga keras bahwa beberapa baja panas yang meleleh ditemukan di dasar kedua menara kembar 6 minggu setelah ambruk. Namun tak ada bukti fisik yang bisa mendukung klaim ini. Pernyataan mengenai kemungkinan adanya beberapa lelehan baja di dasar WTC setelah 6 minggu ambruk sungguh tak dapat dipercaya. Agar baja tersebut dapat tetap leleh selama itu, memerlukan sumber panas yang sangat tinggi dan terus-menerus. Ledakan singkat pada 6 minggu sebelumnya tidak cukup untuk menjaga baja tersebut tetap leleh selama 6 minggu. Beberapa orang mengajukan teori bahwa thermite bomb, peralatan micro-nuclear, atau barometric bomb, telah digunakan untuk merobohkan menara dari fondasinya, yang menyebabkannya ambruk.[960]
Informasi di atas menunjuk pada ledakan internal (internal explosive) sebagai penyebab ambruknya menara. Namun, banyak informasi yang semakin jelas yang mengindikasikan bahwa sesuatu yang lebih canggih dari peledak internal konvensional (conventional internal explosive) telah digunakan terhadap WTC 1 dan 2. Sudah jelas, peledak konvensional digunakan untuk ledakan permulaan yang terekam saat pesawat (yang sebenarnya hanya CGI) disebutkan menabrak menara. Sebagai tambahan, para saksi mata mendengar ledakan berikutnya. Rangkaian foto di bawah ini mengindikasikan bahwa terdapat teknologi lain yang merupakan penyebab utama ambruknya menara. Rangkaian foto ini adalah bukti (atau baja berasap) dalam peristiwa 9-11.
Perhatikan rangkaian foto tersebut bagaimana sisa suprastruktur menara WTC 1 (Menara Utara) setinggi 60 tingkat yang terbuat dari baja tiba-tiba berubah menjadi debu. Anda bisa lihat bahwa tiang baja tersebut lebih tinggi dari menara WTC 7 yang setinggi 47 tingkat, yang bagian depannya ada di sebelah kanan pada foto. Anda takkan membayangkan bahwa baja bisa berubah menjadi debu kalau Anda mengetahui bahwa tiang tersebut berukuran 36 inchi selain tiang baja rectangular (seperti persegi panjang) berukuran 16 inchi yang memiliki dinding baja setebal 4 inchi.
Dibawah ini adalah tiang-tiang baja raksasa yang berubah menjadi debu dalam beberapa detik. Bagaimana bisa terjadi? Dr. Judy Wood[961] (Ph.D. dalam Materials Engineering Science) berpendapat bahwa menara tersebut hanya dapat berubah menjadi debu jika terdapat molecular disassociation. Satu-satunya teknologi yang bisa menyebabkan molecular disintegration semacam itu dari padat menjadi debu adalah senjata energi yang diarahkan (directed energy weapon).[962]
Senjata energi bukanlah fiksi ilmiah (science-fiction), melainkan realita ilmiah (science-reality). Bacalah materi dari U.S. Air Fore Research Laboratory, Directed Energy Directorate.[963] Penggunaan senjata energi dalam 9-11 dapat menjelaskan mengapa hanya ada sedikit puing dari ambruknya 2 menara setinggi 2 ¼ mil. Sebagian besar beton, tiang baja, dan balok baja, berubah menjadi debu.[964] Semakin padat (mass) sebuah objek maka semakin banyak energi yang diserap. Ini menjelaskan mengapa terdapat beberapa lembar kertas yang melayang-layang di atas tanah pada saat 9-11, karena kertas memiliki massa yang terlalu kecil untuk menyerap energi yang diarahkan.
Di bawah ini terdapat sebuah foto area reruntuhan Menara WTC 1 & 2 yang diambil pada 13 September 2001, dua hari setelah serangan terhadap gedung tersebut. Bekas dinding barat WTC 2 (menara selatan) dapat terlihat di bagian depan pada dasar gambar. Bagian muka WTC 2 terlihat setinggi 4 dan 6 tingkat. Bagian tersebut menjulang melebihi reruntuhan sisa menara WTC 1 & 2. Di belakang WTC 2 (kiri tengah pada gambar) adalah lokasi di mana WTC 3 (Hotel Marriot) pernah berdiri. Sisa WTC 6, gedung setinggi 8 tingkat, berada di kanan atas pada gambar; puing-puing di depan bangunan tersebut adalah sisa-sisa WTC 1 (menara utara). WTC 6 juga menjulang melebihi reruntuhan sisa WTC 1.
Jika teori pancake (atau bahkan penghancuran konvensional) dalam kasus menara WTC memang benar, puing-puing kerusakan menara seharusnya mencapai 1/8 (12,5%) tinggi menara. WTC 1 & 2, keduanya setinggi 110 tingkat. Itu berarti bahwa puing-puing reruntuhan menurut teori pancake (atau penghancuran konvensional) seharusnya memakan lebih dari 13 tingkat. Terdapat 6 sub-basement di bawah kompleks WTC. Meski sub-basement tersebut mengalami kerusakan secara luas, namun tidak mengalami ambruk di bawah level jalan raya. Apa yang terlihat di atas tanah, seperti terlihat pada gambar, menggambarkan ketinggian reruntuhan dari level jalan raya. Lalu kemana perginya sisa puing-puing lainnya dari 2 menara pencakar langit yang memiliki tinggi 2 ¼ mil tersebut? Menara tersebut kelihatannya berubah menjadi debu; reruntuhan yang ada dalam gambar tidak cukup untuk menerangkan sifat kerusakan bangunan-bangunan raksasa.[965]
Perhatikanlah ketinggian reruntuhan Menara 1 & 2 pada gambar di bawah. Gambar ini diambil pada 14 September 2001.[966] Dalam gambar ini, sang fotografer berdiri di bekas pintu masuk (entrance) menuju Plaza yang berada di Church St antara Dey dan Cortland, sambil melihat-lihat ke arah barat laut. Reruntuhan hangus yang ada di bagian tengah foto adalah WTC 6, sisa dinding di sebelah kirinya adalah dinding timur WTC 1. Bangunan berwarna cokelat yang ada di sebelah kanan WTC adalah WTC 5. Di bagian atas pada foto, di bagian belakang reruntuhan hangus WTC 6, terlihat bagian puncak gedung Verizon yang berada di sebelah barat WTC 7. Sebuah struktur bangunan yang terlihat kabur pada background di kiri atas foto merupakan dinding belakang (barat) WTC 1. Anda dapat melihat para petugas penyelamat dalam foto tersebut. Seharusnya terdapat puing-puing dari reruntuhan 13 tingkat yang berasal dari 2 menara setinggi 110 tingkat, tapi puing-puing yang ada hanya kurang dari satu tingkat. Sang fotografer sendiri sedang berdiri di plaza tersebut dan foto ini menunjukkan bahwa sang fotografer memperoleh garis pandang yang jelas dari dinding timur Menara 1 WTC hingga dinding barat Menara 1.
Tak ada puing-puing yang menghalangi pandangannya menuju dinding belakang. Bola perunggu di plaza tersebut, yang hanya setinggi 15 kaki, menjulang melebihi puing-puing yang ada. Anda dapat melihat para petugas penyelamat sedang berdiri di atas puing-puing dekat bagian dasar bola. Lalu di mana massa reruntuhan setinggi 13 tingkat yang mencapai 1 juta ton baja dan beton yang berasal dari Menara WTC 1 & 2?
Secara keseluruhan, gundukan reruntuhan Menara WTC 1 & 2 kurang
dari 7% dari volume ketinggian sebanyak 13 tingkat. Lebih dari 93% massa
kedua menara tersebut menghilang. Massa menara tersebut tampaknya telah
berubah menjadi debu. Di bawah ini terdapat sebuah gambar yang
memperlihatkan seluruh Manhattan diliputi oleh partikel debu yang halus.
Itulah jawabannya kemana massa Menara WTC 1 & 2 pergi. Apa yang
dapat menyebabkan 1 juta ton baja dan beton berubah menjadi debu?
Satu-satunya alat yang bisa membuat 2 bangunan raksasa berubah menjadi
debu adalah senjata energi yang diarahkan.
Menara WTC 1 & 2 tampaknya telah dihancurkan oleh senjata energi
yang mengubah bangunan tersebut menjadi debu, sedangkan Menara WTC 7
tampaknya ditebang oleh bahan penghancur internal konvensional (traditional internal demolition explosive).
Seperti bisa Anda lihat dalam dua foto berikut, puing-puing Menara WTC 7
kira-kira setinggi 5 tingkat. Itu pasti dianggap oleh seseorang sebagai
gundukan reruntuhan dari bangunan setinggi 47 tingkat (12,5% x 47
tingkat = 5,88 tingkat reruntuhan) yang mengalami penghancuran
konvensional. Truk pengeruk berukuran besar, seperti terlihat dalam foto
sebelah kiri, terlihat menjadi kecil dibanding gundukan puing. WTC 7
memiliki tinggi 47 tingkat, sedangkan menara kembar (Menara WTC 1 &
2) setinggi 110 tingkat. Andaikata menara kembar ditebang oleh bahan
penghancur konvensional, gundukan puingnya pasti dapat mengalahkan
gundukan puing Menara 7. Namun sekarang gundukan puing Menara 7 jauh
lebih tinggi.
footnote
[958].Christopher Bollyn, Some Survivors Say ‘Bombs Exploded Inside WTC’, American Free Press, http://www.americanfreepress.net/10_22_01/Some_Survivors_Say__Bombs_Expl/some_survivo rs_say__bombs_expl.html (current as of October27, 2001).
[959].The Jet Fuel; How Hot Did it Heat the World Trade Center?,
http://www.uscrusade.com/forum/config.pl/read/1064 (February 23, 2003).
[960].Christopher Bollyn, New Seismic Data Reputes Official Explanation, American Free Press, http://www.americanfreepress.net/09_03_02/NEW_SEISMIC_/new_seismic_.html (website address current as of April 1, 2003).
[961].9/11 Issues, http://www.drjudywood.com/ (last visited on May 3, 2008).
[962].Directed Energy Weapon, http://en.wikipedia.org/wiki/Directed-energy_weapon (last visited on May 3, 2008).
[963].Kirtland Air Fore Base, Directed Energy Directorate, http://www.kirtland.af.mil/afrl_de/ (last visited on May 3, 2008).
[964].Morgan Reynolds, Judy Wood, Why Indeed Did the WTC Buildings Disintegrate?, A peer-review of Steven E. Jones’ 9/11 Research, http://nomoregames.net/index.php?page=911&subpage1=trouble_with_jones (last visited on May 3, 2008).
[965].Judy Wood and Morgan Reynolds, The Star Wars Beam Weapons, http://www.drjudywood.com/articles/DEW/StarWarsBeam3.html (last visited on May 3, 2008).
[966].Dmytro Doblevych, A View From Ground Zero, A volunteer’s account of September 11 aftermath, http://www.doblevych.com/english/about/writing/groundzero.html (last visited on May 3, 2008).
Sumber : http://unseenhands.wordpress.com/2009/02/16/di-balik-serangan-9-11-bag-5/
Original Source : Antichrist Conspiracy: Inside the Devil’s Lair Copyright ©1999, 2008 by Edward Hendrie www.antichristconspiracy.com
Keterangan saksi mata mengenai bom yang meledak di bagian dalam WTC sebelum ambruknya Menara Kembar WTC telah diabaikan oleh media-media besar. Christopher Bollyn, reporter American Free Press, mempublikasikan laporan pada 22 Oktober 2001 berkenaan dengan keterangan saksi mata tentang ledakan sebelum dan saat ambruknya Menara WTC.
Meskipun ada laporan dari sejumlah saksi mata dan para pakar, termasuk para reporter berita, yang mendengar atau melihat ledakan sesaat sebelum ambruknya WTC, terdapat kebisuan (virtual silence) pada media-media secara umum.
***
Van Romero, pakar bahan peledak dan mantan direktur Energetic Materials Research and Testing Center di New Mexico Tech, mengatakan pada 11 September, “Menurut saya, berdasarkan rekaman video yang ada, setelah pesawat menghantam WTC terdapat beberapa peralatan peledak di dalam gedung yang menyebabkan menara tersebut ambruk.”
***
Romero adalah wakil presiden penelitian di New Mexico Institute of Mining and Technology, yang mempelajari material bahan-bahan peledak serta efeknya terhadap bangunan, pesawat, dan struktur lainnya, dan ia sering membantu penyelidikan forensik dalam kasus serangan teroris, biasanya dengan memasang ledakan serupa dan mempelajari efeknya.
Setelah dihantam oleh pesawat, menara kembar terlihat masih stabil. Lalu tanpa peringatan, pada pukul 9.58 menara selatan meledak ke dalam (implosion) dan ambruk secara vertikal, 53 menit setelah dihantam. Pada 10.28, 88 menit setelah terkena hantaman, menara utara juga ambruk.
“Sulit bagi sesuatu dari pesawat untuk dapat memicu peristiwa semacam itu,” kata Romero. Jika ledakan tersebut menyebabkan menara menjadi ambruk, “itu mungkin karena ada sejumlah bahan peledak yang ditempatkan di titik-titik strategis,” ia bilang.
“Salah satu hal dalam serangan teroris yang sering dicatat adalah serangan pengalih perhatian (diversionary attack) dan peralatan sekunder (secondary device),” kata Romero. Para penyerang akan melakukan peledakan permulaan, sebagai diversionary attack, dalam kasus ini berupa hantaman pesawat ke menara, yang membawa petugas darurat kepada peristiwa tersebut, dan kemudian para penyerang melakukan peledakan kedua.
Sepuluh hari setelah serangan, menyusul adanya kritik terhadap ucapannya, Romero memuta-balikkan analisisnya tentang keruntuhan menara WTC, “Tentu saja yang menyebabkan gedung tersebut ambruk adalah api,” katanya kepada Journal pada 21 September.
***
Namun, terdapat informasi lain yang dapat membuktikan kebenaran skenario [pertama] Romero yang kontroversial. Seorang saksi mata yang kantornya berada di dekat WTC mengatakan kepada AFP bahwa ia sedang berdiri di antara kerumunan orang di Church Street, sekitar dua setengah blok dari Menara Selatan, ketika melihat “sejumlah sumber cahaya kilat (brief light) yang sedang dipancarkan dari bagian dalam gedung antara lantai 10 dan 15.” Ia melihat sekitar 6 cahaya tersebut, disertai oleh “suara meretih” sebelum menara ambruk…. Salah seorang pemadam kebakaran di menara kedua yang telah dihantam itu, Louie Cacchioli (51 tahun), mengatakan kepada People Weekly pada 24 September: “Saya sedang membawa para petugas pemadam kebakaran dalam elevator untuk menuju lantai 24 guna mengevakuasi para pegawai kantor. Saat perjalanan hampir selesai, sebuah bom meledak. Kami pikir terdapat bom yang dipasang di dalam gedung.”
Kim White (32 tahun), pegawai di lantai 80, juga melaporkan bahwa dirinya mendengar sebuah ledakan. “Tiba-tiba saja gedung bergoncang, kemudian mulai bergoyang. Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi,” katanya kepada People. “Kami membawa semua orang di lantai tersebut menuju ruang tangga….saat itu kami semua mengira penyebabnya adalah api… Kami turun hingga lantai 74…kemudian ada sebuah ledakan lagi.”
Menurut teori yang diterima secara umum, saat api menjalar di dalam gedung, inti baja di setiap gedung memanas hingga 2000 derajat Fahrenheit, yang menyebabkan tiang penopang roboh.
Pimpinan insinyur yang merancang Menara WTC mengekspresikan keterkejutannya bahwa menara tersebut ambruk setelah dihantam pesawat penumpang. “Saya merancangnya tahan terhadap hantaman Boeing 707,” kata Lee Robertson, insinyur struktur gedung tersebut. Boeing 707 memiliki kapasitas bahan bakar lebih dari 23.000 galon, sebanding dengan Boeing 767 yang memiliki kapasitas bahan bakar 23.980 galon.
Arsitek lainnya yang merancang WTC, Aaron Swirski, tinggal di Israel, berbicara kepada Jerusalem Post Radio setelah serangan tersebut: “Gedung itu dirancang untuk bertahan terhadap adanya kemungkinan serangan semacam ini,” katanya.
Hyman Brown, profesor teknik sipil Universitas Colorado dan manager konstruksi WTC, bingung saat menyaksikan menara tersebut ambruk. “Gedung itu dirancang untuk dapat bertahan hampir terhadap segala macam ancaman termasuk topan, angin kencang, ledakan bom, dan hantaman pesawat,” katanya.
Brown berkata kepada AFP bahwa meskipun gedung tersebut dirancang untuk bertahan terhadap “badai 150-tahun” dan hantaman Boeing 707, menurutnya kebakaran bahan bakar pesawat pada 2.000 derajat Fahrenheit dapat memperlemah baja. Brown menjelaskan bahwa menara selatan pertama kali ambruk ketika dihantam dengan beban yang lebih berat di atas area tubrukan. Brown berkata pada AFP bahwa ia “tidak menerima” teori yang menyatakan bahwa implosion tersebut disebabkan oleh api yang menyedot udara keluar dari lantai bawah, seperti menurut banyak spekulasi.
Perusahaan kontraktor yang dilaporkan menjadi pihak pertama yang mengangkut puing reruntuhan yang tersisa merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam bidang pembongkaran/penghancuran gedung-gedung besar secara saintifik. Perusahaan ini bernama Controlled Demolition, Inc. (CDI), asal Baltimore, dipimpin oleh Mark Loizeaux.
CDI adalah kontraktor yang sama yang membongkar/menghancurkan dan mengangkut kerangka gedung Oklahoma City Murrah yang mengalami pengeboman, tindakan tersebut menghalangi investigator independen untuk mencari bukti-bukti tentang isu yang mengatakan bahwa terdapat bom yang dipasang di bagian dalam gedung tersebut.
Pada Februari 2000, Juri Agung federal mendakwa Mark Loizeaux, Douglas Loizeaux, dan Controlled Demolition, Inc. atas tuduhan laporan palsu sumbangan kampanye dengan meminta anggota keluarga dan pegawai CDI untuk menyumbang bagi kampanye Rep. Elijah E. Cummings (D-Md.).
Baltimore Sun memberitakan bahwa sumbangan ilegal tersebut diduga terjadi antara tahun 1996 dan 1998. Loizeaux bersaudara dan CDI dibebaskan pada September 2000.
Menurut laporan, pembersihan puing-puing sebanyak kira-kira 1,2 juta ton itu membutuhkan dana sebesar $7 miliar dan memakan waktu hingga satu tahun.[958]
Di samping kiri ini terdapat rangkaian 3 foto berbeda mengenai seorang korban wanita yang sedang bertahan dalam retakan yang diakibatkan oleh pesawat kedua yang menghantam menara utara WTC pada 11 September 2001. Untuk bisa mencapai lubang bekas hantaman tersebut, sang wanita harus berjalan menyusuri lantai dimana ia berada.
Namun, berdasarkan cerita resmi, area tersebut panas bagai neraka, cukup panas untuk melelehkan balok baja yang padat (kira-kira diperlukan 2.700 derajat Fahrenheit/1.500 derajat Celcius untuk melelehkan baja), yang akhirnya menyebabkan satu lantai gedung tersebut ambruk dalam satu waktu secara bertahap (pancake sequence).
Laporan resmi tersebut mustahil bisa diterima, karena bahan bakar pesawat komersial (Jet-A), yang murni kerosene, terbakar di udara pada temperatur maksimum 1.500 derajat Fahrenheit/800 derajat Celcius. Para pakar telah mengkalkulasi bahwa temperatur lantai yang terbakar dalam gedung WTC bahkan tidak mencapai temperatur yang dibutuhkan untuk melemahkan dan melelehkan balok baja.[959]
Kesimpulan tersebut didukung oleh penampakan sang wanita. Seperti bisa Anda lihat, sang wanita tampak dalam keadaan baik; baik rambut maupun pakaiannya tidak hangus. Jadi kita tahu bahwa api tersebut bersifat lokal/terbatas dan tidak cukup panas untuk melelehkan balok baja.
Seismograph di Lamont-Doherty Earth Observatory, Universitas Columbia, di Palisades, N.Y., 21 mil arah utara WTC, mencatat 2 spike (grafik tajam) dalam catatan seismik tanggal 11 September, yang mengindikasikan 2 ledakan energi besar yang mengguncang tanah di bawah menara kembar WTC. Sepasang ledakan besar berukuran 2,1 skala Richter tercatat sesaat sebelum ambruknya menara selatan. Sepasang ledakan besar yang kedua berukuran 2,3 skala Richter terdeteksi beberapa detik sebelum ambruknya menara utara. Ledakan-ledakan ini tak bisa dijelaskan dengan hantaman pesawat atau puing-puing gedung yang menghantam tanah. Tiap ledakan segera diikuti oleh ambruknya kedua menara.
Diduga keras bahwa beberapa baja panas yang meleleh ditemukan di dasar kedua menara kembar 6 minggu setelah ambruk. Namun tak ada bukti fisik yang bisa mendukung klaim ini. Pernyataan mengenai kemungkinan adanya beberapa lelehan baja di dasar WTC setelah 6 minggu ambruk sungguh tak dapat dipercaya. Agar baja tersebut dapat tetap leleh selama itu, memerlukan sumber panas yang sangat tinggi dan terus-menerus. Ledakan singkat pada 6 minggu sebelumnya tidak cukup untuk menjaga baja tersebut tetap leleh selama 6 minggu. Beberapa orang mengajukan teori bahwa thermite bomb, peralatan micro-nuclear, atau barometric bomb, telah digunakan untuk merobohkan menara dari fondasinya, yang menyebabkannya ambruk.[960]
Informasi di atas menunjuk pada ledakan internal (internal explosive) sebagai penyebab ambruknya menara. Namun, banyak informasi yang semakin jelas yang mengindikasikan bahwa sesuatu yang lebih canggih dari peledak internal konvensional (conventional internal explosive) telah digunakan terhadap WTC 1 dan 2. Sudah jelas, peledak konvensional digunakan untuk ledakan permulaan yang terekam saat pesawat (yang sebenarnya hanya CGI) disebutkan menabrak menara. Sebagai tambahan, para saksi mata mendengar ledakan berikutnya. Rangkaian foto di bawah ini mengindikasikan bahwa terdapat teknologi lain yang merupakan penyebab utama ambruknya menara. Rangkaian foto ini adalah bukti (atau baja berasap) dalam peristiwa 9-11.
Perhatikan rangkaian foto tersebut bagaimana sisa suprastruktur menara WTC 1 (Menara Utara) setinggi 60 tingkat yang terbuat dari baja tiba-tiba berubah menjadi debu. Anda bisa lihat bahwa tiang baja tersebut lebih tinggi dari menara WTC 7 yang setinggi 47 tingkat, yang bagian depannya ada di sebelah kanan pada foto. Anda takkan membayangkan bahwa baja bisa berubah menjadi debu kalau Anda mengetahui bahwa tiang tersebut berukuran 36 inchi selain tiang baja rectangular (seperti persegi panjang) berukuran 16 inchi yang memiliki dinding baja setebal 4 inchi.
Dibawah ini adalah tiang-tiang baja raksasa yang berubah menjadi debu dalam beberapa detik. Bagaimana bisa terjadi? Dr. Judy Wood[961] (Ph.D. dalam Materials Engineering Science) berpendapat bahwa menara tersebut hanya dapat berubah menjadi debu jika terdapat molecular disassociation. Satu-satunya teknologi yang bisa menyebabkan molecular disintegration semacam itu dari padat menjadi debu adalah senjata energi yang diarahkan (directed energy weapon).[962]
Senjata energi bukanlah fiksi ilmiah (science-fiction), melainkan realita ilmiah (science-reality). Bacalah materi dari U.S. Air Fore Research Laboratory, Directed Energy Directorate.[963] Penggunaan senjata energi dalam 9-11 dapat menjelaskan mengapa hanya ada sedikit puing dari ambruknya 2 menara setinggi 2 ¼ mil. Sebagian besar beton, tiang baja, dan balok baja, berubah menjadi debu.[964] Semakin padat (mass) sebuah objek maka semakin banyak energi yang diserap. Ini menjelaskan mengapa terdapat beberapa lembar kertas yang melayang-layang di atas tanah pada saat 9-11, karena kertas memiliki massa yang terlalu kecil untuk menyerap energi yang diarahkan.
Sisa Menara Utara (WTC 1) yang terbuat dari baja dan setinggi 50 tingkat tiba-tiba berubah menjadi debu
Di bawah ini terdapat sebuah foto area reruntuhan Menara WTC 1 & 2 yang diambil pada 13 September 2001, dua hari setelah serangan terhadap gedung tersebut. Bekas dinding barat WTC 2 (menara selatan) dapat terlihat di bagian depan pada dasar gambar. Bagian muka WTC 2 terlihat setinggi 4 dan 6 tingkat. Bagian tersebut menjulang melebihi reruntuhan sisa menara WTC 1 & 2. Di belakang WTC 2 (kiri tengah pada gambar) adalah lokasi di mana WTC 3 (Hotel Marriot) pernah berdiri. Sisa WTC 6, gedung setinggi 8 tingkat, berada di kanan atas pada gambar; puing-puing di depan bangunan tersebut adalah sisa-sisa WTC 1 (menara utara). WTC 6 juga menjulang melebihi reruntuhan sisa WTC 1.
Jika teori pancake (atau bahkan penghancuran konvensional) dalam kasus menara WTC memang benar, puing-puing kerusakan menara seharusnya mencapai 1/8 (12,5%) tinggi menara. WTC 1 & 2, keduanya setinggi 110 tingkat. Itu berarti bahwa puing-puing reruntuhan menurut teori pancake (atau penghancuran konvensional) seharusnya memakan lebih dari 13 tingkat. Terdapat 6 sub-basement di bawah kompleks WTC. Meski sub-basement tersebut mengalami kerusakan secara luas, namun tidak mengalami ambruk di bawah level jalan raya. Apa yang terlihat di atas tanah, seperti terlihat pada gambar, menggambarkan ketinggian reruntuhan dari level jalan raya. Lalu kemana perginya sisa puing-puing lainnya dari 2 menara pencakar langit yang memiliki tinggi 2 ¼ mil tersebut? Menara tersebut kelihatannya berubah menjadi debu; reruntuhan yang ada dalam gambar tidak cukup untuk menerangkan sifat kerusakan bangunan-bangunan raksasa.[965]
Perhatikanlah ketinggian reruntuhan Menara 1 & 2 pada gambar di bawah. Gambar ini diambil pada 14 September 2001.[966] Dalam gambar ini, sang fotografer berdiri di bekas pintu masuk (entrance) menuju Plaza yang berada di Church St antara Dey dan Cortland, sambil melihat-lihat ke arah barat laut. Reruntuhan hangus yang ada di bagian tengah foto adalah WTC 6, sisa dinding di sebelah kirinya adalah dinding timur WTC 1. Bangunan berwarna cokelat yang ada di sebelah kanan WTC adalah WTC 5. Di bagian atas pada foto, di bagian belakang reruntuhan hangus WTC 6, terlihat bagian puncak gedung Verizon yang berada di sebelah barat WTC 7. Sebuah struktur bangunan yang terlihat kabur pada background di kiri atas foto merupakan dinding belakang (barat) WTC 1. Anda dapat melihat para petugas penyelamat dalam foto tersebut. Seharusnya terdapat puing-puing dari reruntuhan 13 tingkat yang berasal dari 2 menara setinggi 110 tingkat, tapi puing-puing yang ada hanya kurang dari satu tingkat. Sang fotografer sendiri sedang berdiri di plaza tersebut dan foto ini menunjukkan bahwa sang fotografer memperoleh garis pandang yang jelas dari dinding timur Menara 1 WTC hingga dinding barat Menara 1.
Tak ada puing-puing yang menghalangi pandangannya menuju dinding belakang. Bola perunggu di plaza tersebut, yang hanya setinggi 15 kaki, menjulang melebihi puing-puing yang ada. Anda dapat melihat para petugas penyelamat sedang berdiri di atas puing-puing dekat bagian dasar bola. Lalu di mana massa reruntuhan setinggi 13 tingkat yang mencapai 1 juta ton baja dan beton yang berasal dari Menara WTC 1 & 2?
Plaza WTC pada 14 September 2001 |
Manhattan diliputi oleh debu sangat halus saat peristiwa 9-11 |
Puing-puing Menara WTC 7
[958].Christopher Bollyn, Some Survivors Say ‘Bombs Exploded Inside WTC’, American Free Press, http://www.americanfreepress.net/10_22_01/Some_Survivors_Say__Bombs_Expl/some_survivo rs_say__bombs_expl.html (current as of October27, 2001).
[959].The Jet Fuel; How Hot Did it Heat the World Trade Center?,
http://www.uscrusade.com/forum/config.pl/read/1064 (February 23, 2003).
[960].Christopher Bollyn, New Seismic Data Reputes Official Explanation, American Free Press, http://www.americanfreepress.net/09_03_02/NEW_SEISMIC_/new_seismic_.html (website address current as of April 1, 2003).
[961].9/11 Issues, http://www.drjudywood.com/ (last visited on May 3, 2008).
[962].Directed Energy Weapon, http://en.wikipedia.org/wiki/Directed-energy_weapon (last visited on May 3, 2008).
[963].Kirtland Air Fore Base, Directed Energy Directorate, http://www.kirtland.af.mil/afrl_de/ (last visited on May 3, 2008).
[964].Morgan Reynolds, Judy Wood, Why Indeed Did the WTC Buildings Disintegrate?, A peer-review of Steven E. Jones’ 9/11 Research, http://nomoregames.net/index.php?page=911&subpage1=trouble_with_jones (last visited on May 3, 2008).
[965].Judy Wood and Morgan Reynolds, The Star Wars Beam Weapons, http://www.drjudywood.com/articles/DEW/StarWarsBeam3.html (last visited on May 3, 2008).
[966].Dmytro Doblevych, A View From Ground Zero, A volunteer’s account of September 11 aftermath, http://www.doblevych.com/english/about/writing/groundzero.html (last visited on May 3, 2008).
Sumber : http://unseenhands.wordpress.com/2009/02/16/di-balik-serangan-9-11-bag-5/
Original Source : Antichrist Conspiracy: Inside the Devil’s Lair Copyright ©1999, 2008 by Edward Hendrie www.antichristconspiracy.com
No comments:
Post a Comment