Monday, February 28, 2011
Runtuhnya Demokrasi “Made In USA”
Bola salju protes rakyat menuntut demokratisasi di kawasan Timur Tengah terus menggelinding kencang menggulingkan rezim-rezim diktator di kawasan yang notabene boneka Amerika Serikat.
Kritikus terkemuka AS, Noam Chomsky menyebut demokrasi sejati yang disuarakan dengan lantang oleh bangsa-bangsa Timur Tengah sebagai musuh utama kepentingan Gedung Putih di kawasan.
Menurut Chomsky, di saat Amerika melihat para diktator yang dekat dengan kepentinganya bakal lengser, maka Gedung Putih mengubah kebijakannya. Ketika rakyat berhasil merebut kekuasaan dari tangan para diktator dan militer tidak mampu menguasai situasi, tiba-tiba AS berubah dan mengambil sikap 180 derajat. Dalam kondisi yang semacam ini, AS biasanya mengklaim sejak awal berada bersama rakyat. Dengan cara ini, mereka dapat mengembalikan kekuasaan lama dengan wajah baru.
Washington gencar secara terang-terangan mendukung rezim diktator semacam Ben Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir. Gedung Putih juga sembunyi-sembunyi mendukung Gaddafi di Libya demi emas hitam yang dikeruk dari negara itu.
Dalam pembantaian massal rakyat Libya di tangan Gaddafi, negara-negara Barat masih menahan diri menyikapi kejahatan tersebut. Berbeda saat menyikapi kerusuhan kecil di Tehran, Presiden AS Barack Obama harus menunggu 10 hari untuk mengeluarkan statemen kecaman terkait pembantaian rakyat Libya.
Presiden Amerika dalam pidato televisi pertamanya terkait kebangkitan rakyat Libya dan kejahatan Muammar Gaddafi meminta segera dihentikannya aksi kekerasan yang dilakukan terhadap para demonstran.
AS berupaya mempertahankan rezim diktator di negara-negara Arab setidaknya dengan dua motif utama. Pertama, rezim diktator di negara-negara Arab dan sengketa historis perebutan tahta kekuasaan akan mengalihkan perhatian mereka terhadap brutalitas rezim Zionis atas Palestina.
Kedua, Washington lebih mudah mengontrol pemerintahan diktator yang mengutamakan kepentingan pribadi dan keluarganya daripada tuntutan rakyat mereka. Untuk itu, AS masih tetap melindungi rezim-rezim depotik di Timur Tengah yang dipandang bisa menyelamatkan kepentingannya di kawasan. Kini, Gedung Putih menempatkan kapal induknya di perairan Bahrain untuk menyelamatkan negara monarki itu.
Sejatinya, jatuhnya rezim-rezim diktator di kawasan Timur Tengah sebagai kekalahan besar bagi Barat terutama AS. Setidaknya kondisi yang sudah dan sedang terjadi di kawasan Timteng dan Dunia Arab menyentak Zionis dan para pembuat keputusan di Gedung Putih.
Sumber : konspirasi.com
No comments:
Post a Comment