Thursday, January 29, 2015

Jumlah Perawan Tua di Saudi Meningkat Pesat

Sekitar 45 persen perempuan Saudi berusia di atas 30 tahun adalah lajang. Lantas apa penyebabnya?
Foto : Illustrasi

Amna Fatani, 27 tahun, menginginkan karir brilian dan kehidupan berbeda dari generasi perempuan Arab Saudi sebelumnya. Generasi yang menikah muda dan biasanya dengan suami yang bukan pilihannya.

Fatani adalah bagian dari semakin banyaknya perempuan Saudi yang memilih untuk tetap melajang saat berusia 20an hingga 30an. Demi mengejar ambisi lainnya.

Tren itu telah mengacak-acak pandangan konservatif yang melihatnya sebagai penghinaan terhadap dasar-dasar Kerajaan, di mana aturan suku yang kaku telah lama menjadi syarat pernikahan.

"Aku membutuhkan seseorang bisa percaya bahwa aku bisa melakukan sesuatu dan membuat keputusan untuk meminta bantuan atau memilih melakukannya sendiri," kata perempuan yang tengah menempuh pendidikan di Georgetown University di Washington, Amerika Serikat.

Perempuan Saudi berdiri di tengah poros sosial antara dorongan Kerajaan untuk mendapat pendidikan dan hak untuk bekerja, dan undang-undang yang memberikan laki-laki hak penuh atas hidup perempuan.

Perempuan tidak dapat melakukan perjalanan sendiri, belajar di luar negeri, menikah atau menjalani prosedur medis tertentu tanpa izin dari wali laki-laki. Mereka biasanya ayah atau suami. Atau jika tidak ada, maka kakak atau adik.

Meningkatnya jumlah perempuan lajang telah mengkhawatirkan ulama. Para ulama merespons kondisi ini dengan mendorong pernikahan dini atau menerima konsekuensi sosial yang buruk dengan disebut 'perawan tua'.

Secara tradisional, perempuan di Arab Saudi diharapkan akan menikah saat berusia 20-an. Pada tahun 2011, lebih dari 1,5 juta perempuan Saudi berusia di atas 30 adalah lajang, menurut Kementerian Ekonomi dan Perencanaan.

Menurut data pemerintah, dari 20 juta orang, 3,3 juta di antaranya adalah perempuan lajang berusia di atas 30 tahun. Jika angka kementerian yang dilansir pada 2011 tidak berubah, itu berarti bahwa sekitar 45 persen perempuan Saudi berusia di atas 30 tahun adalah lajang.

Perempuan telah mengambil peran yang lebih besar dalam kehidupan publik, meskipun pekerjaan mereka sebagian besar di sektor pendidikan. Departemen Tenaga Kerja mengatakan ada lebih dari 400.000 perempuan yang bekerja di Arab Saudi, dibandingkan dengan kurang dari 55.000 sebelum 2009.

Jumlah perempuan melebihi jumlah laki-laki di universitas di Saudi. Dan ada puluhan ribu perempuan di antara 150.000 warga Saudi yang belajar di luar negeri dengan beasiswa pemerintah.

Pendidikan juga mengubah sikap perempuan terhadap perkawinan dan memberi mereka kepercayaan diri, kata Hatoon Al-Fassi, seorang profesor sejarah perempuan di Arab Saudi.

"Anda tidak bisa lagi mengendalikan sikap-sikap ini," katanya. Beberapa perempuan Saudi juga menantang aturan tentang bagaimana memilih calon suami karena mereka menghindari tradisi dan adat istiadat.

Keluarga biasanya yang mengatur atau, setidaknya, menyetujui pernikahan. Keluarga konservatif yang mendapati seorang perempuan memilih pasangannya sendiri dianggap sebagai skandal.

Namun Tamador Alyami, seorang penulis Saudi, mengatakan tradisi dan adat kini sudah mulai digantikan oleh Internet.

Chat room dan media sosial telah memberikan ruang bagi warga Saudi untuk mengejar hubungan dengan cara mereka sendiri. Alyami mengatakan perempuan saat ini mengungkapkan kebebasannya lebih besar.

"Mereka biasanya tidak ingin ibu mereka bertemu calon besan sebelum mereka sendiri," katanya.

Psikolog keluarga Fawzia Al-Hani mengatakan pemerintah sebagian bertanggung jawab atas banyaknya perempuan lajang karena para pemuda merasa makin sulit membeli rumah, membiayai pernikahan dan membayar mahar atau mas kawin.

Beberapa pakar menyalahkan ayah perempuan karena menuntut jumlah uang lamaran selangit dan bahkan mereka dituduh sengaja membuat putrinya terus melajang karena mereka bergantung pada uang lamaran dan mahar untuk putrinya.

Terlepas dari itu semua, banyak perempuan Saudi yang memilih tetap melajang karena pilihan mereka sendiri. Seperti Fatani yang menginginkan suami yang juga tinggal di luar negeri dan memiliki aspirasi yang sama dengan dirinya. (Ism, Sumber: Al Alaabiya)


Sumber : http://www.dream.co.id/lifestyle/makin-banyak-perawan-tua-di-saudi-150127l.html

No comments:

Post a Comment