Saturday, March 24, 2012

Ahli Serangga : Populasi Tomcat Berkurang Pertengahan April 2012

Menangani serangga Tomcat yang belakangan ini melonjak populasinya di Surabaya dan sejumlah daerah di Jawa Timur tidak perlu terlalu berlebihan, tapi sekaligus tetap harus waspada. Serangga yang dalam istilah zoologynya disebut Paederus Fucives ini siklus hidupnya hanya 2 bulan sejak telur sampai mati, sehingga diperkirakan mulai pertengahan April 2012 mendatang, keberadaannya mulai berkurang.


Dr. Hari Sutrisno Kepala Laboratorium Entomologi bidang Zoology Pusat Penelitian Biologi LIPI pada suarasurabaya.net mengatakan serangga ini secara alami berkembang biak bersamaan musim matang makanannya, seperti padi, sekitar Februari lalu dan saat ini adalah puncak populasinya. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya outbreak (lonjakan) populasi Tomcat di Surabaya dan sejumlah daerah di Jawa Timur.

Pertama karena kelembaban udara di Surabaya yang cukup tinggi dalam transisi musim penghujan ke kemarau. Selain itu, habitatnya di persawahan dan padang rerumputan mulai hilang sehingga serangga ini mencari habitat lain yang ternyata malah bersinggungan dengan populasi manusia. Ketiga, berkurangnya populasi predator alami seperti belalang sembah dan semut api. Keempat karena saat ini sedang puncak masa ketersediaan pakan buat serangga ini, yakni hama seperti wereng atau kutu.

Tapi lepas dari lonjakan populasi Tomcat itu, kata Hari, sebenarnya serangga ini selalu ada di sekitar manusia. “Yang penting kita kenali sifat serangga ini, pahami racunnya, tahu bagaimana harus memperlakukannya, dan melakukan gerakan massal oleh warga dimulai dari rumah masing-masing menghindari sakit akibat racun Tomcat,” kata Hari.

Perlu diketahui, serangga ini tidak pernah aktif menyerang dengan menyuntikkan racunnya karena mereka tidak punya alat ekskresi seperti lebah dan kalajengking. Yang berbahaya adalah hemolimfa (darah)-nya yang mengandung bakteri. Jika terkena kulit (kecuali telapak tangan dan telapak kaki) akan menimbulkan dampak ruam dan bisa infeksi seperti herpes.

Karena itu, jangan menepuknya di atas kulit kita. Jika menemukan beberapa ekor saja, bisa disingkirkan dengan divakum. “Kalau tidak ada vakum, ambil saja dengan tangan dengan sebelumnya pakai sarung tangan dulu. Dikumpulkan di kertas lalu dikubur,” kata dia.

Kalau populasinya sangat banyak, disarankan disemprot dengan insektisida. Sangat disarankan pula menggunakan insektisida nabati dengan memblender daun mimba, daun laos, dan daun sere. “Perasannya bisa dipakai untuk membunuh serangga ini,” kata dia.

Saat tidur, jika tidak ingin terganggu serangga ini, disarankan menggunakan kelambu.

Kata Hari, dengan outbreak Tomcat ini sebenarnya momentum agar masyarakat lebih peduli menyediakan tanaman obat di pekarangannya. “Sekarang kita lebih memilih insektisida pabrikan yang mengandung kimia berbahaya. Padahal cara lain yang lebih aman bisa dilakukan asalkan kita punya tanaman obat di keluarga,” kata dia.

Sumber : m.suarasurabaya.net/

No comments:

Post a Comment