Monday, June 21, 2010

"Sekolah" Soekarno yang tidak terawat

Keberadaan monumen Banceuy sebagai salah satu situs sejarah ternyata tidak mudah ditemukan. Meskipun Jalan Banceuy sendiri terletak di pusat kota tp menuju monumen tsb harus menemukan orang yang tepat untuk mendapat jawaban di mana monumen ini berdiri.
Jalan Banceuy yang terletak di sebelah utara alun-alun Bandung ini menyisakan jejak sejarah perjuangan Presiden RI pertama Ir Soekarno krn di jalan tsb pernah ada penjara Banceuy tempat di buinya Soekarno yg sekarang sdh diabadikan melalui monumen penjara Banceuy dan monumen tersebut merupakan bagian dari penjara Banceuy yang sengaja disisakan sebagai penanda sejarah.

Bagi sebagian besar warga Bandung, Banceuy menjadi satu dari beberapa ikon tempat belanja. Banceuy telah menjadi pusat belanja barang- barang keperluan rumah tangga khususnya alat listrik dan elektonika. Tidak heran jika Jalan Banceuy tiap harinya selalu dipadati oleh kendaraan.

Melintas di Jalan Banceuy, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda adanya kenangan sejarah. Yang terlihat hanyalah toko-toko peralatan listrik dan toko elektronik yang berjajar. Padahal, kompleks pertokoan Jalan Banceuy tersebut merupakan komplek bekas penjara Banceuy yang memiliki nilai sejarah bagi Bangsa Indonesia.

Memasuki kompleks pertokoan lebih dalam, barulah terlihat sebuah monumen penjara Sang Proklamator RI, Ir Soekarno. atau bila kita jalan lewat belakang Factory, gang yang berada di pinggiran Jalan Banceuy terus memapah pada gang lain yang terletak di sebelah kiri. Di antara bagian belakang bangunan-bangunan pertokoan, di situlah monumen penjara Banceuy berada.



Dari keseluruhan kompleks penjara yang dibangun pemerintah Hindia Belanda pada 1877 kini tersisa sebuah ruangan penjara yang diabadikan sebagai monumen. Ruangan seluas kurang lebih 2,5 x 1,5 m2 tersebut merupakan ruang tahanan Soekarno muda sebelum disidangkan di Landraad (sekarang Gedung Indonesia Menggugat) 30 Agustus 1930.



Soekarno muda mendekam selama sekitar 8 bulan di ruangan sempit itu setelah ditangkap di Yogyakarta pada 29 Desember 1929. Di ruangan itu pula Soekarno menyusun pleidoinya yang fenomenal "Indonesia Menggugat".

Dalam catatannya, selama delapan bulan di penjara Banceuy Soekarno memaparkan dirinya berada dalam penahanan yang keras. Namun Soekarno juga menyebutkan di sini pula dirinya berkembang. 'Ruang penjara adalah sekolahku', demikian salah satu tulisan Soekarno.



Monumen penjara Soekarno terlihat berdiri kokoh. Bui Soekarno masih lengkap dengan hiasan berupa bendera merah putih lusuh yang dipasang di dinding bui.

Pintu bui yang terbuat dari besi masih terlihat kuat.

Angka 5 menghiasi bagian atas pintu berwarna hitam yang berdebu itu.

Dan angka tersebut menujukkan nomor bui Soekarno di penjara Banceuy. (Soekarno bersama 4 kawannya menempati kamar di Blok F no 5)

Masih di dalam kompleks monumen, tepatnya di samping bui Soekarno, terdapat sebuah batu besar berwarna hitam. Dua tiang bendera juga berdiri kokoh di ujung kanan dan kiri komplek monumen. Bendera merah putih lusuh yang terpasang di atas tiang bendera terlihat berkibar seiring tiupan angin.


Aroma sisa air kencing pun semerbak di seluruh penjuru kompleks monumen. Rumput liar dan beberapa botol bekas air mineral turut menjadi penghias monumen. Seolah tidak mau kalah, gerobak-gerobak dagangan mie dan jus milik para pedangan kaki lima juga berjejal di samping monumen sebagai penghias monumen.

Tidak terlihat adanya seorang petugas penjaga monumen, yang terlihat siang itu hanya orang- orang yang hilir mudik melakukan kegiatan perekonomian.



Menurut pedagang yang berjualan tak jauh dari lokasi monumen, tidak ada petugas khusus di sana. Selama ini, kunci gerbang masuk monumen dibawa oleh ketua RT setempat yang tidak setiap hari berada di lokasi monumen. Praktis, tidak ada petugas yang bisa ditanyai mengenai seluk beluk monumen yang bernilai sejarah itu.

"Situs Banceuy sekarang memang sangat tidak terawat, kondisinya sudah sangat memprihatinkan," kata Ketua Yayasan Jendela Seni Bandung Erwan Juhara.

Kondisi memprihatinkan tersebut, kata Erwan, sebenarnya tidak hanya terlihat di situs Banceuy. Menurutnya, masih banyak situs sejarah di Kota Bandung yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan kondisi monumen penjara Banceuy.


-- Monumen "Penjagaan Penjara Banceuy"


"Sebenarnya ada perda yang mengatur mengenai tanggung jawab pemerintah terhadap pemeliharaan situs bersejarah. Kalaupun selama ini ada alokasi anggaran, tidak jelas arahnya. Perawatan hanya dilakukan sebatas pengecatan tidak ada upaya pelestarian situs," paparnya.

Padahal berdasarkan peraturan yang ada, lanjut Erwan, pemerintah bertanggung jawab terhadap pemeliharaan bangunan-bangunan serta situs bersejarah. Erwan berharap, di usia Kota Bandung yang ke-200 tahun ini, Pemkot Bandung mempunyai upaya konkret untuk melestarikan peninggalan sejarah.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Priana Wirasaputra menyatakan Disbudpar Kota Bandung tidak memiliki alokasi dana khusus untuk pelestarian bangunan bersejarah di Kota Bandung.

"Sekolah Soekarno" itu kini seperti tak bertuan, tak terawat. Sepi tanpa catatan. Padahal seyogyanya situs sejarah bisa menjadi sekolah bagi generasi selanjutnya. Seperti halnya Soekarno yang memanfaatkan tempat ini bagi dirinya belajar.

Referensi :

- Serpihan Sejarah RI di Banceuy (http://bandung.detik.com/)
- Monumen Banceuy, Situs Sejarah yang Sulit Dicari. (http://gayahidup2050.blogspot.com/)

- Soekarno Menempati Sel no. % Blok F. ( http://politikana.com/)
- Situs Bersejarah, Penjara Soekarno Kokoh di Antara Sampah dan Gerobak Mi (http://tribunjabar.co.id/)

---

Posting ini di tulis juga di Notes FBku pd Tuesday, June 1, 2010 at 3:55am

No comments:

Post a Comment