Saturday, June 19, 2010

Bulan Rajab Bulan Yang Dimuliakan

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT krn tanpa terasa, sepekan ini kita sdh ada di bulan Rajab, Bulan yg dimuliakan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.



Rasululah SAW berdabda :

ألاَ إنَّ الزَمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْم خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتَ وَالْأرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً مِنْهَا أرْبَعَةُ حَرَمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو القَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرُّ بَيْنَ جُمَادِى وَشَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat 12 bulan yg di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara jelas menunjukkan bhw Bulan Rajab adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Maka sebagai konsekwensi dari ketaqwaan kita kepada Allah dan kepercayaan kita kepada Rasulullah Muhammad SAW, maka tentulah kita juga memuliakan bulan ini.

Bulan Rajab adalah Bulan yang mulia dan utama. Bulan yang istimewa untuk berdoa dan bermunajat, mengadu dan menangis kepada Allah Yang Maha Agung. Bulan yg istimewa untuk mempersiapkan diri memasuki bulan Ramadhan yg penuh berkah, rahmat dan maghfirah.


Rasulullah SAW bersabda:
“Bulan Rajab adalah bulan Allah Yang Maha Agung, tak ada bulan yg dpt menandingi keutamaannya. Di dalamnya diharamkan berperang dgn orang-orang kafir, krn bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan ummatku. Barangsiapa yang berpuasa sehari saja di dalamnya, maka wajib baginya memperoleh ridha Allah, dijauhkan dari murka-Nya, dan diselamatkan dari semua pintu neraka.” (Mafatihul Jinan, bab 2: 131)

Bulan Rajab ini pun dijuluki sebagai Syahrullah (bulannya Allah SWT), yang merupakan salah satu bulan suci umat Islam. Allah SWT memberikan kemuliaan kepada hamba-hamba-Nya dengan diciptakannya bulan ini; dibuktikan dengan sabda Rasulullah SAW, “Rajabun Syahrullah” “Rajab adalah bulannya Allah SWT.”

Tak seorang pun mengerti apa yang Allah SWT bukakan kepada hamba-hamba-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya di bulan ini. Di bulan ini begitu berlimpahnya kehormatan dan kebahagiaan dapat diperoleh, bahkan tak terhingga.

Krna ketaqwaan adalah pangkal dari segala sikap dan keputusan kita menghadapi problematika dunia, maka marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Marilah senantiasa kita bertambah percaya, yakin dan menaati perintah-perintah Allah SWT serta secepat mungkin & sejauh mungkin menghindari larangan2 Allah SWT. Krn hanya dgn ketaqwaanlah kita dapat meningkatkan kualitas kehidupan kita. Taqwa dlm arti sebenarnya, bukan taqwa asal merasa takut, namun tindakannya senantiasa tercela di mata Allah. Seperti halnya Rajab adalah bulan mulia di sisi Allah, maka kita mestilah memuliakannya dgn sungguh-sungguh.

Bagaimana pun juga masa yg akan datang harus kita hadapi dgn keimanan dan ketakwaan yang melimpah. Apapun pun kondisi yg telah menimpa kita dalam waktu2 yg lalu, baik yang telah lama maupun yang baru saja terjadi; yang masih begitu segar dlm ingatan kita, namun esok hari tetaplah misteri. Mungkin kemarin kita sangat berat dan mengalami kesulitan dlm hidup, namun bukan berarti kita boleh takut menghadapi fajar esok hari.

Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita akan Rencana Allah terhadap kita, kelak kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai cobaan yang kita rasakan. ”Paket perjalanan” Rasulullah di bulan Rajab merupakan sebuah pelajaran sangat berharga bagi kita bahwa setiap kesusahan dan rintangan dalam menjalankan misi dakwah pasti digantikan dgn anugerah yg menjadikan hidup kita lebih berkualitas.

Terlebih bhw setiap anugerah juga sebenarnya selalu mengandung ujian bagi kita untuk semakin mengintensifkan segala potensi kita demi mengupayakan keridhoan Allah SWT. Sejarah seputar peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan palajaran berharga, bagaimana kesusahan dan kesedihan tergantikan dengan sebuah pesan (berupa sholat lima waktu) sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Allah SWT berfirman :


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينََ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah agama yang lurus. Maka jgnlah kamu menganiaya diri dlm bulan-bulan tersebut, dan perangilah kaum musyrikin sebagaimana mereka pun memerangi kamu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yg bertakwa.” (QS. At-Taubah :36)

Tafsir Ath-Thabari menyebutkan bahwa keempat bulan haram yang dimaksud adalah Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karenanya, mereka tidak mengenal peperangan yang terjadi pada bulan-bulan ini.

Lalu kenapa bulan2 tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, ”Dinamakan bulan haram krn dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang2 Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tsb larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya krn mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat Zaadul Maysir, tafsir surat At Taubah ayat 36)

Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai2 para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.” (Latho-if Al Ma’arif, 214)

Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yg lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arf, 207)

Pembaca Rahimakumullah

Marilah kita belajar kpd Sejarah. Sungguh di bulan Rajab ini terdapat sebuah i’tibar (cerminan) yg sangat nyata untuk kita teladani bersama. Bila mau bercermin kpd sejarah, maka senyatanya umat Islam akan mendapatkan pelajaran yg sangat berharga di bulan Rajab. Pelajaran ttg ketabahan dan keyakinan kpd balasan Allah Yang Maha Bijaksana.

Pada tahun kedelapan dari kenabian, Rasulullah SAW mendapatkan beberapa cobaan yg teramat berat baginya dan bagi para pengikutnya. Ujian itu adalah embargo kaum kafir Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam. Aksi embargo ini masih dijalankan meskipun waktu telah memasuki bulan Haram. Artinya Nabi beserta para sahabatnya tetap merasakan penganiayaan dan kedhaliman dari mereka yang biasanya menghentikan segala aktivitas permusuhan terhadap lawan-lawannya.
Setelah delapan tahun mendakwahkan agama Allah kepada kaumnya dengan didampingi dan dilindungi oleh dua orang kuat suku Qurays, yakni pamannya dan istrinya, maka pada tahun ini Rasulullah harus rela ketika keduanya dipanggil menghadap Sang Rabb. Dengan demikian, pada waktu itu Nabi tiada lagi memiliki pembela yang cukup kuat di hadapan kaumnya sendiri yang memusuhi kebenaran.
Sehingga Rasulullah kemudian mengijinkan kepada para pengikutnya untuk berhijrah ke Thaif. Namun rupanya Bani Tsaqif yang menguasai tanah Thaif tidaklah memberikan sambutan hangat kepada para sahabatnya. Mereka yang datang meminta pertolongan justru diusir dan dihinakan sedemikian rupa. Mereka dilempari batu hingga harus kembali dengan kondisi berdarah-darah.
Keseluruh cobaan berat tsb dialami Rasulullah dan para sahabatnya pada tahun yang sama, yakni tahun kedelapan semenjak Rasulullah memproklamirkan dirinya sebagai Nabi akhir zaman dan peristiwa ini terkenal dgn sebutan peristiwa Thaif yang disebut sejarawan sebagai "Tahun Duka Cita", mengenai do'a Thaif bisa lihat di postingan berikutnya.

Hal lain yg dapat kita petik pelajaran dari bulan Rajab selanjutnya adalah Peristiwa Isra Mi'raj. Peristiwa ini terbagi dlm 2 peristiwa yg berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.

Allah SWT berfirman :
سبْحانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِى باَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَتِنَا إِنَّهُ,هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al Isra’:1)
Meski Nabi Muhammad SAW dapat saja langsung menuju langit dari Makkah, namun Allah tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadahan nabi-nabi sebelumnya (yang sekarang daerah tsb sdg di dzhalimi oleh si Zionis-Laknatulloh). Ini dapat berarti bahwa umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam dan sebagai umat terbaik semestinya senantiasa menunjukkan sikap kedewasaan dan kematangan dalam berinteraksi dengan umat-umat lain. Hal ini dikarenakan, Islam menghargai peraturan-peraturan sebelum Islam, seperti halnya khitan yang telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS.

Dalam skala intern umat Islam, kita semestinya senantiasa menjaga ikatan persaudaraan dan silaturrahim demi memperkuat ketaqwaan, keimanan dan persaudaraan sesama Muslim. Dgn demikian maka, Bulan Rajab adalah bulan mulia yang harus kita sambut dengan menambahkan ketaqwaan dan keikhlasan.

Kita harus rajin-rajin melaksanakan sholat lima waktu yang merupakan oleh-oleh dari Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW di bulan Rajab tahun kedelapan dari kenabian. Kita harus tegar menghadapi hidup meskipun hidup penuh dengan cobaan dan rintangan. Umat Islam harus senantiasa optimis dan yakin pada janji Allah, akan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi siapa pun hamba-Nya yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan, karena demikianlah pesan bulan Rajab.

No comments:

Post a Comment