Friday, April 2, 2010

Killed vs Dead (ketika Monyet jadi Maskot)

Killed vs Dead
Guard vs Tresspasseer.

Ringan tapi berat, sepele tapi jgn sampe kecele

Kejahatan Israel dan Amerika, lewat media massa mereka akan sanggup mengubah opini dunia menjadi simpati. Sebaliknya, lewat “sulapan” media yang sama, kebangkitan dan perlawanan bangsa-bangsa Muslim terhadap penjajahan mereka akan melahirkan sikap antipati dunia.


Diantara keywordnya, terletak pada permainan bahasa. Jika dalam satu pertempuran terdapat Israel yg mampus, mereka akan mengekspos dengan istilah killed. Tetapi jika yg menjadi korban adalah muslim Palestina, mereka akan menyebutnya sebagai dead.

Sekilas memang sama. Tetapi, kilasan2 itu kelak akan membekas dan akan menjadi keyakinan sekaligus publik opini dunia. Killed akan mengesankan pada dunia, bahwa kematian itu terjadi akibat kekerasan atau kejahatan. Sedangkan dead akan berarti kematian biasa. “Three Israelis killed by Hardline Palestinians”, artinya “Tiga Israel dibunuh dengan kejam oleh Palestina garis keras.” Sebaliknya, untuk kejadian yg sama mereka akan bilang “Two Palestinian dead in a light accident”, artinya, “Dua orang Palestina meninggal dalam sebuah kejadian ringan.” Jadi selama ini, pembantaian terhadap rakyat Palestina adalah kejadian biasa.

Jika di perbatasan terjadi pertempuran antara anak-anak Intifiadah melawan tentara Israel, dan anak-anak itu hanya menggunakan batu, maka beritanya akan menjadi begini, “Polisi keamanan Israel diserang oleh sepasukan militan yg bersenjatakan granat tangan dan molotov.” Lalu kematian dan luka berat yg menimpa bocah-bocah tanpa dosa itu akan diberitakan begini, “Dalam usaha mempertahankan diri itu, polisi keamanan Israel terpaksa melepaskan tembakan peluru karet. Tiga militan Palestina luka ringan, seorang pingsan.”

Individu Muslim yg secara sukarela membela kaum Muslim di Afganistan, Chechnya, Bosnia atau Kashmir, diberitakan oleh mass-media kafir sbg, “pasukan teroris dunia yg akan mengancam dan mengganggu stabilitas dunia”. Sebaliknya, Israeel dan Amerika yg telah mencaplok Baitul Maqdis dan menodai Masjidil Haram dan sekitarnya akan disebut sebagai, “Pasukan Penjaga Kedamaian Dunia”.

Infaq, shadaqah atau zakat individu Muslim yg datang dari Saudi Arabia atau negara Timur Tengah lainnya untuk pembangunan masjid, pondok pesantren atau yayasan non-profit lainnya akan diisukan sbg “aliran dana teroris yg perlu dicurigai”. Agar dunia lbh yakin, maka beritanya dibuat begini, “dana teroris itu berlindung di balik yayasan sosial yg mengatasnamakan agama tertentu.”

Sebaliknya “uang panas” dari rentenir bernama Amerika dan sekutunya untuk program mematahkan perlawanan Mujahidin di sebuah negara, akan diekspos di seluruh media massa dgn istilah, “bantuan untuk memulihkan dan menstabilkan ekonomi sekaligus menumpas terorisme internasional.”

Bagaimana dgn media di Indonesia? Pasti kita pun bisa menjawabnya kan..., karena tulah terlahir PERPU Antiterorisme.

“Hai orang-orang yg beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tdk menimpakan musibah kpd suatu kaum tanpa mengetahui kedaannya yg menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat : 6)

Bagi Israel, perbuatan seperti itu sdh merupakan tradisi yg tdk mungkin dihilangkan. Jangan sekedar berita, terhadap ayat suci yg Allah turunkan pun mereka piawai merekayasa.
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadaku, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah. Lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahami, sedang mereka mengetahui? (QS. Al-Baqarah : 75)

Lalu mereka (Yahudi) mengubah ayat suci Al-Qur’an setelah mereka memahami.....

Manusia yg berakal waras dan berhati bersih tidak akan berani mengubah ayat suci Allah. Hanya mereka yg datang dari Planet of the Apes sajalah yg sanggup berbuat demikian. Bangsa Yahudi memang bangsa terkutuk, sehingga Allah mengubah mereka menjadi kera, baik sifatnya maupun fisiknya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yg melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu kami firmankan kepadamu; “Jadilah kamu kera yang hina!” (QS. Al-baqarah : 65)

Jadi, mass-media yg sekarang sdg menguasai dunia adalah “mass media kera”, “apes mass media” atau “apes publication”. Karenanya, media-massa domestik Indonesia yang ikut-ikutan latah dengan mereka sama halnya telah menjadikan monyet sebagai maskot dan suri tauladan.

Naudzubillah....

Ya Allah kami berlindung kepadaMu dari monyet-monyet itu.

----
Posting ini di ambil dari Buku Imam Samudera : Aku Melawan Teroris dan ditulis juga di Notes FBku pd Friday, April 2, 2010 at 1:46am

No comments:

Post a Comment